KETIKA SEORANG USTDZ KESANDUNG CINTA KEPADA SANTRINYA
*KETIKA SEORANG USTADZ KESANDUNG CINTA KEPADA SANTRI NYA*
Oleh: Azizah Maghfiroh
Sebuah kisah yang bernuansa kuno ala pesantren, dan memberikan motivasi bagi para santri khusus nya dalam hal cinta.
Memang, dari zaman dahulu pesantren adalah tempat belajar agama yang baik bagi para murid /siswa, yang di dalam nya banyak sekali peraturan dan pelanggaran pun selalu ada saja.
Misal, berkiriman surat, ketemuan dengan lawan jenis, menyimpan foto lawan jenis, sehingga mengganggu konsentrasi belajar para murid itu sendiri.
Dan semua itu ada iqob nya (Hukuman nya) sebagai pelajaran agar si santri kapok tidak akan mengulangi.
Diantara hukuman bagi santri yang melanggar peraturan pondok,
-Jika ketemu dengan lawan jenis akan di siram kotoran sapi dan harus mempublikasikan identitas pribadi nya, agar seluruh para santri yang menyaksikan tahu.
(Kecuali para guru yang di tugaskan)
-Jika berkiriman surat, hukuman nya di siram air got dan membacakan surat cinta nya tersebut.
-Jika berani menyimpan foto lawan jenis yang bukan mahrom nya, akan di gundhul plonco seperti kacang sukro.
-Jika melanggar peraturan yang lain akan dihadapkan langsung kepada pengansuh pondok, bisa-bisa di pulangkan.
Begitulah kira nya, peraturan Pesantren Al-Imron untuk mendidik jiwa berakhlaqul karimah.
Mengapa peraturan nya seperti itu...?
Sebab di waktu pagi, mereka para santri putra putri yang sedang ada kegiatan diklat ilmu nahwu dengan metode cepat di Gedung Madrasah yang jarak nya bersebelahan.
Menjadikan mereka leluasa berkenalan dengan lawan jenis.
Sejak pukul 08:00 pagi seluruh santri diwajibkan datang ke Gedung Madrasah sesuai kelas masing-masing.
Hingga berakhir pukul 12:00.
(Setiap hari kecualo hari jum'at dan ahad)
Pesantre Al-Imron adalah suatu lembaga pendidikan salaf yang menggunakan metode baca kitab dengan waktu singkat.
Disana di ajarkan ilmu alat secara manual, hanya dalam waktu 6 bulan, santri mampu baca kitab dengan meng i'robi.
Sebut saja pembimbing / pakar ahli nahwu nya adalah Ustadz Marhaban, yang biasa di panggil Ustadz Aan. (Nama jadul) Dengan di bantu para dewan guru yang lain nya.
Ustadz Aan ini adalah seorang guru nahwu yang paling kocak dan supel kepada siapapun.
"Kamu kenapa telat??"
Tanya Ustadz Aan kepada santri putri yang hendak menuju Gedung Madrasah.
"Maaf Ustadz, tadi nyariin sepatu ketlisut"
Jawab santri putri itu dengan penuh ketakutan.
"Yaa sudah segera masuk"
Tanpa menunggu jeda, santri putri itupun langsung berlarian menuju kelas lantai dua.
"Alhamdulillaaah....
Akhirnya sampai juga"
"Navia, kamu kok baru datang??"
"Iyaa nih, sepatu ku kaya ada yang ngumpetin untung saja ketemu"
"Assalaaamu'alaikuum warohmatullaahi wa barokaatuh..."
Salam Ustadz Aan yang suara nya menggelegar seperti halilintar.
"Wa'alaikumussalaam wa rohmatullaahi wa barokaatuh"
"Seperti biasa, tutup buku nya, dan perhatikan keterangan saya di papan tulis. Jika selesai ada yang belum paham boleh di tanyakan"
Suasan kelas itu berubah menjadi hening dan disiplin.
Tidak ada satu pun santri yang sekelumit bicara apalagi kalau mengantuk akan di suruh berdiri di depan sebelah meja guru.
Ustadz Aan pun menerangkan bab nahwu shorof dengan suara lantang.
Lalu se sekali memberikan pertanyaan untuk semakin mengasah otak para santri.
"Sekarang saya mau tanya,
Yang bisa angkat tangan dua"
Spontan, perkataan Ustadz Aan itu membuat ketawa kecil para santri.
"Bagaimana susunan Mubtada' Khobar ketika khobar berupa istifham? Jelaskan dan beri contoh !"
Hanya menunggu beberapa detik sudah ada yang angkat tangan,
Sebut saja nama nya Jamilah.
Ia mengangkat tangan satu, sehingga Ustadz Aan tidak menanggapi nya.
Tidak lama kemudian, Navia langsung mengangkat tangan dua meski agak malu-malu dengan senyuman manis nya untuk meredakan rasa gerogi, karena menjadi pusat perhatian teman samping nya.
"Ayo kamu, yang angkat tangan dua, siapa nama mu??"
"Navia Ustadz"
"Oh ya, lupa Bapak...
Navia coba jawab"
"Khobar yang berupa istifham susunannya mubtada' wajib di akhirkan dan khobar di dahulukan.
Contoh : Man Anta,
Man iku sopo, Anta utawi Siro.
"Lalu... Bagaimana hukum asal khobar...?!" Jelaskan dan beri contoh.
"Hukum asal khobar diakhirkan, boleh di didahulukan bila tidak dhoror atau menimbulkan kesalah fahaman pada mukhotob.
Contoh : Zaidun 'Aalimun,
Zaidun iku Zaid, Aalimun utawi Wong kang 'Alim.
Dan 'Aalimun Zaidun,
'Aalimun utawi Wong kang 'Alim, iku.. Zaidun, Zaid."
"Terkahir, Kapan mubtada atau khobar boleh di buang??"
"Mubtada' atau khobar boleh dibuang apabila sudah maklum."
"Nah, bagus...
Dan itu tugas nya, besok harus dikumpulkan.
Carilah contoh minimal 20."
Kemudian dilanjut materi nya hingga pukul 10:00, waktu istirahat telah tiba.
Navia adalah salah satu santri putri yang rajin dalam belajar.
Di sela istirahat pun ia sempatkan membaca materi yang barusan di sampaikan,
"Navia... Kamu di cari orang tuuuh..!!"
"Eee iyaa... siapa??"
"Kak Subhan...
Hahahaha"
Usil para teman nya yang lagi asyik ngobrolin santri putra.
Malahan ada yang nekad caper di lantai bawah dengan mengintip kurang kerjaan.
Lantai atas di tempati oleh pelajar santri putri dan yang putra di lantai bawah,
Sedang ruangan kantor guru berada dibawah.
Navia semakin sibuk dengan kesendirian dalam membaca dan mentakror pelajaran.
"Duu duuu.... Navia, kamu itu tegang mulu, ini waktu nya istirahat loh, pikiran juga perlu fress biar gak strees"
"Iyaa iyaa, aku belum faham tadi, maka nya aku baca ulang lagi"
"Aahh, kamu ngeles aja... Padahal kamu sudah pandai loh"
Ujar salah satu teman nya.
Tidak menyepelekan suatu perkara yang memang sudah kita kuasai, disitulah akan mencetak keberhasilan yang sempurna.
Berlanjut dengan pelajaran shorof hingga menjelang adzan dzuhur.
Saat pulang, santri putri menunggu giliran santri putra yang lebih dahulu untuk menuju asrama lalu bergantian, agar supaya tidak tabrakan dan terjadi sesuatu hal yang tidak di inginkan.
"Heeei pulpen hitec mu jatuh..."
Teriak Navia kepada santri putra yang pulang nya akhir.
Navia pun langsung menuju asrama dengan cepat2, sebab kamera halaman depan Gedung Madrasah terus menyala.
Ia tidak ingin terjadi fitnah.
Oleh: Azizah Maghfiroh
Sebuah kisah yang bernuansa kuno ala pesantren, dan memberikan motivasi bagi para santri khusus nya dalam hal cinta.
Memang, dari zaman dahulu pesantren adalah tempat belajar agama yang baik bagi para murid /siswa, yang di dalam nya banyak sekali peraturan dan pelanggaran pun selalu ada saja.
Misal, berkiriman surat, ketemuan dengan lawan jenis, menyimpan foto lawan jenis, sehingga mengganggu konsentrasi belajar para murid itu sendiri.
Dan semua itu ada iqob nya (Hukuman nya) sebagai pelajaran agar si santri kapok tidak akan mengulangi.
Diantara hukuman bagi santri yang melanggar peraturan pondok,
-Jika ketemu dengan lawan jenis akan di siram kotoran sapi dan harus mempublikasikan identitas pribadi nya, agar seluruh para santri yang menyaksikan tahu.
(Kecuali para guru yang di tugaskan)
-Jika berkiriman surat, hukuman nya di siram air got dan membacakan surat cinta nya tersebut.
-Jika berani menyimpan foto lawan jenis yang bukan mahrom nya, akan di gundhul plonco seperti kacang sukro.
-Jika melanggar peraturan yang lain akan dihadapkan langsung kepada pengansuh pondok, bisa-bisa di pulangkan.
Begitulah kira nya, peraturan Pesantren Al-Imron untuk mendidik jiwa berakhlaqul karimah.
Mengapa peraturan nya seperti itu...?
Sebab di waktu pagi, mereka para santri putra putri yang sedang ada kegiatan diklat ilmu nahwu dengan metode cepat di Gedung Madrasah yang jarak nya bersebelahan.
Menjadikan mereka leluasa berkenalan dengan lawan jenis.
Sejak pukul 08:00 pagi seluruh santri diwajibkan datang ke Gedung Madrasah sesuai kelas masing-masing.
Hingga berakhir pukul 12:00.
(Setiap hari kecualo hari jum'at dan ahad)
Pesantre Al-Imron adalah suatu lembaga pendidikan salaf yang menggunakan metode baca kitab dengan waktu singkat.
Disana di ajarkan ilmu alat secara manual, hanya dalam waktu 6 bulan, santri mampu baca kitab dengan meng i'robi.
Sebut saja pembimbing / pakar ahli nahwu nya adalah Ustadz Marhaban, yang biasa di panggil Ustadz Aan. (Nama jadul) Dengan di bantu para dewan guru yang lain nya.
Ustadz Aan ini adalah seorang guru nahwu yang paling kocak dan supel kepada siapapun.
"Kamu kenapa telat??"
Tanya Ustadz Aan kepada santri putri yang hendak menuju Gedung Madrasah.
"Maaf Ustadz, tadi nyariin sepatu ketlisut"
Jawab santri putri itu dengan penuh ketakutan.
"Yaa sudah segera masuk"
Tanpa menunggu jeda, santri putri itupun langsung berlarian menuju kelas lantai dua.
"Alhamdulillaaah....
Akhirnya sampai juga"
"Navia, kamu kok baru datang??"
"Iyaa nih, sepatu ku kaya ada yang ngumpetin untung saja ketemu"
"Assalaaamu'alaikuum warohmatullaahi wa barokaatuh..."
Salam Ustadz Aan yang suara nya menggelegar seperti halilintar.
"Wa'alaikumussalaam wa rohmatullaahi wa barokaatuh"
"Seperti biasa, tutup buku nya, dan perhatikan keterangan saya di papan tulis. Jika selesai ada yang belum paham boleh di tanyakan"
Suasan kelas itu berubah menjadi hening dan disiplin.
Tidak ada satu pun santri yang sekelumit bicara apalagi kalau mengantuk akan di suruh berdiri di depan sebelah meja guru.
Ustadz Aan pun menerangkan bab nahwu shorof dengan suara lantang.
Lalu se sekali memberikan pertanyaan untuk semakin mengasah otak para santri.
"Sekarang saya mau tanya,
Yang bisa angkat tangan dua"
Spontan, perkataan Ustadz Aan itu membuat ketawa kecil para santri.
"Bagaimana susunan Mubtada' Khobar ketika khobar berupa istifham? Jelaskan dan beri contoh !"
Hanya menunggu beberapa detik sudah ada yang angkat tangan,
Sebut saja nama nya Jamilah.
Ia mengangkat tangan satu, sehingga Ustadz Aan tidak menanggapi nya.
Tidak lama kemudian, Navia langsung mengangkat tangan dua meski agak malu-malu dengan senyuman manis nya untuk meredakan rasa gerogi, karena menjadi pusat perhatian teman samping nya.
"Ayo kamu, yang angkat tangan dua, siapa nama mu??"
"Navia Ustadz"
"Oh ya, lupa Bapak...
Navia coba jawab"
"Khobar yang berupa istifham susunannya mubtada' wajib di akhirkan dan khobar di dahulukan.
Contoh : Man Anta,
Man iku sopo, Anta utawi Siro.
"Lalu... Bagaimana hukum asal khobar...?!" Jelaskan dan beri contoh.
"Hukum asal khobar diakhirkan, boleh di didahulukan bila tidak dhoror atau menimbulkan kesalah fahaman pada mukhotob.
Contoh : Zaidun 'Aalimun,
Zaidun iku Zaid, Aalimun utawi Wong kang 'Alim.
Dan 'Aalimun Zaidun,
'Aalimun utawi Wong kang 'Alim, iku.. Zaidun, Zaid."
"Terkahir, Kapan mubtada atau khobar boleh di buang??"
"Mubtada' atau khobar boleh dibuang apabila sudah maklum."
"Nah, bagus...
Dan itu tugas nya, besok harus dikumpulkan.
Carilah contoh minimal 20."
Kemudian dilanjut materi nya hingga pukul 10:00, waktu istirahat telah tiba.
Navia adalah salah satu santri putri yang rajin dalam belajar.
Di sela istirahat pun ia sempatkan membaca materi yang barusan di sampaikan,
"Navia... Kamu di cari orang tuuuh..!!"
"Eee iyaa... siapa??"
"Kak Subhan...
Hahahaha"
Usil para teman nya yang lagi asyik ngobrolin santri putra.
Malahan ada yang nekad caper di lantai bawah dengan mengintip kurang kerjaan.
Lantai atas di tempati oleh pelajar santri putri dan yang putra di lantai bawah,
Sedang ruangan kantor guru berada dibawah.
Navia semakin sibuk dengan kesendirian dalam membaca dan mentakror pelajaran.
"Duu duuu.... Navia, kamu itu tegang mulu, ini waktu nya istirahat loh, pikiran juga perlu fress biar gak strees"
"Iyaa iyaa, aku belum faham tadi, maka nya aku baca ulang lagi"
"Aahh, kamu ngeles aja... Padahal kamu sudah pandai loh"
Ujar salah satu teman nya.
Tidak menyepelekan suatu perkara yang memang sudah kita kuasai, disitulah akan mencetak keberhasilan yang sempurna.
Berlanjut dengan pelajaran shorof hingga menjelang adzan dzuhur.
Saat pulang, santri putri menunggu giliran santri putra yang lebih dahulu untuk menuju asrama lalu bergantian, agar supaya tidak tabrakan dan terjadi sesuatu hal yang tidak di inginkan.
"Heeei pulpen hitec mu jatuh..."
Teriak Navia kepada santri putra yang pulang nya akhir.
Navia pun langsung menuju asrama dengan cepat2, sebab kamera halaman depan Gedung Madrasah terus menyala.
Ia tidak ingin terjadi fitnah.
Komentar
Posting Komentar