SEORANG USTADZ KESANDUNG CINTA 3

Episode 3


  Wanita yang baik, akan memberikan cinta nya kepada se-seorang yang mampu mendatangkan sejuta kedamaian, yang mampu menuntun untuk semakin dekat dengan sang kholiq, yang mampu mengarahkan kebaikan atau tepat nya hijrah cinta.
Menambah pengetahuan tentang apa itu ma'na kehidupan yang sejati.
Bahkan, menunjukkan cahaya tetang agar hatinya di penuhi akan ilmu-ilmu nya Allaah,
Yang membawa mu semakin cinta dalam beribadah dan membuka jalan pikiran mu menambah rasa cinta pada diri sendiri tidak hanya kepada pasangan.

Liburan maulid.
Inilah hari raya nya para Santri Al-imron atau pun Pesantren manapun yang sedang diliburkan.
Kecuali pesantren yang ada sekolah formal nya.

"Salwa kamu pulang??"

"Tentu dong,
Kangen mamak...,
Emang kamu gak pulang??"

"Sepertinya...."

"Pulang aja deh, sudah tiga tahun kamu mesti liburan maulid gak pulang,
Nanti aku main ke rumah mu deh"
Kata Salwa sambil memasukan barang-barang nya ke dalam kardus mie sedap goreng.
(Begitulah santri kuno,jarang ada yang punya tas / koper)

"Salwa..."
Panggil Navia dengan pandangan kosong.

"Hem..."

"Salwaaaaa...."

"Iyaaaaa"

"Salwaa"

"Ih, Navia...!, kenapa sih kamu manggil aku terus,
Di kira aku bodrex yaa??!"

"Bukan begitu,
Aku mau cerita sesuatu..."

"Cerita apa..?"

Navia bingung mau cerita apa enggak, karena takut Salwa kaged dengan kabar yang akan diketahui nya.

"Aaahaaaaaaaaaa...!,
Aku paham apa yang mau kamu critakan kepada ku..?!,
Pastiii Ustadz Aan kan...????,
Iyyaaa kaaaaaaan???!
Huwa huwa huwaaaa hahaha...."

Haaap,
Navia lagi-lagi membungkam mulut Salwa yang ceplas-ceplos ngomong sembarangan.

"Kebiasaan deh..!"

"Hehehehe, wajahmu merah merona itu lhoo..."

Navia mengusap wajah nya yang ia rasa mulai panas tegang tak karuan.

"Kamu tahu gak,
2 hari yang lalu..
Ustadz Aan memanggilku"

Salwa yang mulai kepo itu, segera mendekat kepada Navia, mendengarkan dengan seksama seolah-olah tak jauh beda dengan seorang Ibu yang berdongeng kepada anak nya.
Navia melanjutkan bicara nya,

"Ustadz Aan bilang kepada ku....
I love u"
Kata Navia menahan gelak tawa nya.

Salwa pun spontan menepuk paha Navia dengan kedua tangan nya.

"Waaaaaaaah....
Benarkaaaah????!!!"
Tanya Salwa dengan mata melotot.
Navia hanya membalas senyum jail.

"Laluuu.....,
Kamu mau jadi istri kedua nya????"

Navia menepuk pipi Salwa,

"Hei... Salwa,
Itu lelucon tauu,
Gak mungkin laaah Ustadz Aan seperti itu.."

"Aaaah... Naviaaaaaaaaaaaa,
Kamu sangat mengangedkan kuu"
Tarik nafas Salwa yang telah tertipu.

"Hihihihi...."

Salwa kembali membereskan ikatan tali ravia untuk kardus.

"Tapi Beliau memang mengatakan sesuatu Salwa"

Salwa mengacuhkan perkataan Navia,
Namun Navia kali ini memang benar-benar mengatakan yang sesungguhnya.

"Ustadz Aan tahu daerah rumah ku, dan Beliau ingin mengajak ku bertemu"


"Haaah...
Gak salah denger toh aku???"

Jawab Navia meyaqinkan dengan menggelengkan kepala nya.

"Lalu.... Kenapa ingin bertemu"

"Kata nya sih, mau membicarakan soal pondok yang akan mengirim beberapa siswa untuk dijadikan guru di lain ponpes"

"Kenapa hanya berdua,
Dan bahkan itu tidak dibicarakan di kantor saja???"

Mereka berdua berfikir,

"Iyaa juga.."

"Hemmmm.."

"Mungkin sehabis liburan langsung pemilihan siswa yang prestasi.."
Ucap Navia mengajak berfikir positif.

"Ya sudah lah,
Kita lihat besok,
Aku main kerumah mu yaa Navia,
Sekalian tak anter deh...
Hehehe kepo"

Navia pun setuju ajakan Salwa.
Dan mereka segera melanjutkan bersih-bersih kamar dan area pondok.

Di Pesantren,
Tidak asing lagi jika menemui santri oleng bima'na mbeling.
Santri yang model seperti itu selalu senang bermain api hanya untuk memuaskan gelora cinta yang semakin memuncak.
Sebut saja Zulva,
Ia adalah santri putri yang terkenal cantik namun tingkah nya penyenyengan (centil) kepada lawan jenis,
Suka penampakan hanya untuk tebar pesona kepada santri putra.
Saat itu ia memakai sewek dan dicincing nya saat berjalan membuang sampah, serta krudung nya yang ikat kebelakang, sehingga dada nya menonjol itu nampak lekukan nya.

"Zulva, krudung mu itu lho, lepas ikatan nya"

"Biarkan, nanti kotor, ribet juga"

"Tapi itu banyak kang santri loh"

Zulva bersama teman nya itu berjalan dengan gugup,
Sebab godaan santri putra yang usil terus menggasak mereka berdua.
Seperti siulan dan panggilan jail.

"Duuh duuuh... Cah Ayu klambi kuning"

Baju kuning itu adalah Zulva, yang selalu pandai menarik pusat perhatian bagi laki-laki bermata keranjang.
Sedangkan teman Zulva sendiri, ia memilih menutup wajahdengan sebagian kain krudung nya.

Tidak sepantas nya,
Santri putri dengan murahan menampakkan dirinya untuk dini'mati lawan jenis.
Meski terbilang cantik, namun harga diri sangat rendah.
Terkadang kecantikan menjadi sebuah kebanggaan yang berujung dengan malapetaka.
Haqiqinya,
Wanita yang cantik itu tersimpan rapi,
Kecantikan nya tidak selalu diumbar apalagi suka bertazayyun (macak) saat di pondok untuk menarik kucing hidung belang.
Wanita cantik berpenampilan sederhana namun berwibawa kuat sehingga mampu membawa dirinya tidak mudah memasarkan tubuh nya,
Menjaga suara nya,
Merawat pikiran nya agar jauh dari perkara cinta monyet dan fokus terhadap belajar nya.

"Kurang tinggi Mbak lek nyincing...."
Goda santri putra melihat Zulva dan teman nya kembali ke Asrama.

"Duh, Zulva...
Turun kan sedikit"
Bisik teman nya.

"Ini dijalan, gak bisa"
Jawab alasan Zulva.

Benar-benar kamu seorang wanita, bilamana berjalan ditengah keramain jama' mudzakar salim, jalan nya bagaikan bunga kuncup,
Merasa sangat malu dan tidak berani bergerak saat mendapati banyak laki-laki disekililing nya.

Hampir sampai di Asrama putri,
Zulva tiba-tiba di cegat oleh santri putra yang sangat nge fans padanya.

"Periii Cantiiik..."

Teman nya Zulva pun meninggalkan Zulva yang tengah asyik di ajak bicara oleh santri putra tersebut.

"Ini bunga buat kamu...."

"Oh iya makasih,
Sudah yaaa..."


"Eiits, jangan pergi dulu.."

"Nanti takut kena takzir"
Jawab Zulva sedikit ketakutan namun merasakan nya nyaman dan senang.

"Besok kan udah liburan, jadi santai aja...."
Rayu santri putra tersebut.

"Peri Cantik, kenalkan namaku Sukandar,
Panggil aja mas kandar"

"Oh iyaa,
Aku Zulva"

"Kamu sangat cantik kalau seperti itu"
Rayuan Gombal Sukandar dengan mata jelalatan.


Zulva pun gelagapan membenahi krudung dan menurunkan sewek nya itu, meski dirasanya mau melorot, ia tahan dengan menggunakan tangan satu.

"Rumah kamu dimana,
Besok liburan ketemuan yuk"

"Dimana???"

"Dekat rumah mu aja, jangan jauh-jauh"

"Emm... Taman Bunga Anggrek tahu kan??"

"Ooo... Iyaa tahu"

"Udah yaa...
Ada Ustadzah"
Lalu Zulva lari kebirit-birit karena melihat Ustadzah.

"I love Uuuuu....."
Ucap Sukandar dengan pesona hati yang berbunga-bunga.

"Bunga dari mana itu Zulva"


-Adduh, mampus, kok nanyain bunga ini sih...!!-
Batin Zulva.

"Bukan kah itu Bunga nya orang mati,
Kamu ambil di kuburaaan???"

"Haa.. Tidak Ustadzah ini tadi.... itu,
Nemu di tengah jalan"
Kata Zulva sambil melempar bunga itu,

-Kok bunga nya orang mati???!!-

-Dasar..! Laki-laki sengklek-

Zulva pun kesel dengan Sukandar yang telah memberikan nya bunga orang mati.

Salwa dan Navia pun kemekel / tertawa kecil.
Sebab mereka berdua tadi menyaksikan Zulva tengah berbincang-bincang dengan seorang santri putra.

"Ciyee... Bunga dari sang pangeran di buang niiiih....."
Goda Salwa kepada Zulva.

Zulva ketakutan mendengar perkataan Salwa yang seolah-olah tahu.
Dan ia membalas dengan menyonyorkan bibir tipis nya itu lalu pergi meninggalakan Salwa juga Navia.

"Kamu ini, jail amat"
Sahut Navia dengan mencabuti rumput.

"Xixixixixi,
Cantik-cantiik tapi murahan jugaa"

"Gak boleh begitu, ambil hikmah nya saja,
Semoga Allaah menjaga kita"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SANTRI WASLUN DAN KIYAI MAJDZUB

SANTRI WASHLUN & KYAI MAJDZUB 33

Perempuan Senja