SANTRI WASHLUN & KYAI MAJDZUB 31

*Santri Washlun & Kyai Majdzub*
(Part Tiga puluh satu)




Oleh: Azizah Maghfiroh



   Manis jangan segera ditelan, sedangkan pahit jangan segera di muntahkan.
Menyadari akan pribadi manusia yang sering disapa oleh rasa kekecewaan terdalam sebab memutuskan suatu perkara dengan akal yang pendek disertai kenafsuan.

Ke esokan hari, setelah selesai ta'lim, Gus Hanafi mengajak Kang Wahid.

"Kang Wahid, rencangi kulo sowan Abah e Ning Jazilah"

"Nggih monggo-monggo"

Singkat cerita perjalanan, mereka berdua sampai dan bertemu dengan Abah nya Ning Jazilah.


"Asslaaamu'alaikum"
Ucap salam Gus Hanafi.

"Kok sepi yaa??"
Bisik Kang Wahid.

"Yaa beginilaah suasana nya"

"Santri nya pada kemana ini..??"

"Duko Kang, pancen pondok sini tidak seramai pondok-pondok disana yang kebanyakan tekun belajar kitab"

"Wa'alaikumussalaaaam, silahkan masuk....."
Jawab Abah nya Ning Jazilah.

Setelah mereka duduk bersila dan diam sebelum Abah nya Ning Jazilah bertanya dahulu.
(Salah satu kesopanan para santri jika menghadap Kyai sepuh)


"Lho, Kang Washlun kae nang di???"

Gus Hanafi mulai bingung menjawab dari mana dan Kang Wahid tetap diam seperti patung bernyawa.

"Pangapunten Abah,
Sakmeniko Kang Washlun mboten wonten"

"Lhaa... Kok bisho??,
Piye maksud e??"

"Nggih ngoten nku Abah, duko... Kulo nggih mboten ngertos ten pundi??"
Jawab Gus Hanafi sangat kebingungan.

"Yo wis, pancen bocah kae bejat...,
Wis yo... ngunu wae, arep ono perlu"

Tanpa ada yang berani menjelaskan, mereka berdua berpamitan dengan penyesalan.


Sesampai di Pesantren, Gus Hanafi dan Kang Wahid duduk bergeming.
Mereka tambah bingung dengan kalimat yang dilontarkan tadi.

"Kenapa Santri Den Bagus malah di arani bejat,
Trus kenapa juga Abah Ning Jazilah mau menikahkan dengan putri nya sendiri...??"

"Benar-benar...."
Ucap Kang Wahid yang tidak jelas.

"Nopo maksud nya Kang....?"


"Bejat kuwi arane, bejo derajat...
Kelingan dawuhe Mbah Yai sewaktu ngaos"

"Allaaahu Ridlooo....
Jadi karepe wau nku,......"

"Nggih Pak, makanya jangan su'udzon dulu, Kyai sepuh nku kadang dawuhe penuh dengan isyaroh"

Gus Hanafi menghela nafas panjang.

"Nanti malam, tak parani Gus Qodir"

"Ajeng lanopo??"

"Yaaa mengklarifikasi soal hukuman itu"

"Nggih la... Semoga diberi jalan,
Kulo tak madang riyen Pak, luwe pol iki hehehe"

"Monggo-monggo"


Kang Wahid berjalan ke arah dapur pondok, dan Gus Hanafi berjalan ke Ndalem Kyai Majdzub.
Pertemuan nya dengan Gus Qodir itu membuat Gus Hanafi benar-benar kaged,
Melihat Gus Qodir yang seperti ora kerumat awake.
(Memurungkan diri)


"Gus, gek nyapo sampean ngene iki?,
Tambah mulo soro awak  ati lan pikiran juga"

"Kae lho, Abahe sampean ngaji kenopo gak derek wae...??"

"Santri Washlun sampean kapak ne??,
Sekarang dimana dia??"
Tanya Gus Hanafi dengan rayuan kalem.

Jika dilihat-lihat, sangat memprihatinkan, kondisi Gus Qodir kini berubah drastis, semenjak kitab-kitab nya telah dibakar ia menjadi orang linglung, seperti orang yang tengah ditinggal kekasihnya dan susah berbicara.
Kyai Majdzub, Abah nya sendiri memang sengaja membiarkan putra nya seperti itu.
Siapa yang tahu akan hari esok??,
Jika tidak di beri peningal ati (Bashiroh), tapi semua jawaban itu siir, tidak dapat di katakan secara langsung.


Berperan sebagai Orang Tua apalagi bertitle Kyai dan memiliki putra putri yang nanti nya akan menjadi penerus perjuangan, harus tegas dalam mendidik jiwa nya agar bertauchid.
Tidak sepantasnya apabila selalu membanggakan sang anak walaupun mondok puluhan tahun kitab sundul langit.
Tidak pula mengajak sang anak untuk mengenal agar supaya,
Menjadi orang ternama, terpandang dan terhormat.
Agar milyaran ummat mengakui ke'aliman / kecerdasan nya.
Disitulah akan datang siksaan batin yang tak terasa.

_Kapak wong selama urip nang alam dunyo selalu di lem, uripe bakalan kemenyek_
_Nanging lek wis nang kuburan sanjungen model piye ora masalah._

Seperti riwayat Gus Dur, yang semasa hidup nya banyak ulama' dan orang-orang penting tidak menyukainya,
Apalagi masa-masa pemerintahan Gus Dur pernah bekerja sama dengan Israel(Berdagang).
Selama hidup nya selalu dihina dicaci maki, difitnah dan dibenci.
Dan ketika sudah meninggal, berakhir dengan keramat.
Sampai sekarang Pesarean Gud Dur selalu ramai tidak pernah sepi dari para penziarah.
Ingatlah,
Wibawa nya orang meninggal itu akan nampak jelas dan berpengaruh kuat.
Sebaliknya,
Wibawa nya orang masih hidup itu ternyata banyak penipuan juga kepalsuan.
Kyai sepuh dan berilmu tua, hidup nya tidak suka pamer kajo dan mencari keramat.
Sebab apapun itu
Walillaahi mulkus samaawaati wal ardlh.
Begitulah maksud Kyai Majdzub sing ngeman putrone (sayang kepada putranya) segala macam kebanggan yang ia (Gus Qodir) andalkan, telah dimusnahkan.
Sebab bukan itu jaminan seorang hamba untuk bisa ma'rifat.
Terbebas dari prilaku tepuk dada / kumalungkung.
Itulah ibllis, di manusia nya sendiri berprilaku iblis.
Dalam pribadi manusia yang munkarot.

Kau mengatakan ilmu segudang,
Kau melihat kekhusyu'an dalam ibadah nya,
Kau menilai calon penghuni surga,
Dan kau tidak tahu sebenarnya tingkah laku dalam hati.
Sungguh..! Manusia dalam kerugian.



23-02-2018
19:20



🙏🏻😬

Santri Malang

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SANTRI WASLUN DAN KIYAI MAJDZUB

SANTRI WASHLUN & KYAI MAJDZUB 33

Perempuan Senja