P P K M (Pelan-pelan kita Menikah)

"P-P-K-M"

(Pelan-pelan kita Menikah)


Oleh : Azizah Maghfiroh


Aku pernah hidup di Musim semi, di mana tumbuh-tumbuhan mekar kembali. Disana ada benih cinta yang ku tanam pada hati seorang gadis berparas manis, manis sekali. Hingga tak jemu ku pandangi sepanjang waktu.


Dan aku juga pernah hidup di musim gugur, di mana banyak pepohonan yang meluruhkan daun-daunnya hingga jatuh ke tanah, tertiup angin, sampai hancur berkeping menjadi butiran yang kasar. Terinjak oleh langkah kaki yang tak peduli. Seperti cintaku yang mendadak terabaikan. Perih sekali rasanya. Walau ada satu duri yang menancap tajam, namun susah tuk di sembuhkan. 


Akulah seorang pria dengan banyak talenta. Karena mencintaimu butuh perjuangan dan proses yang hebat. Karena aku tidaklah mencintaimu karena reputasimu, melainkan  pertemuan memicu perasaan ini muncul begitu saja. 


Mereka yang mengenalku dengan sebutan "Gus" hanya karena putra dari seorang Kiai yang tersohor, memiliki pesantren dengan berjuta santri dan berjubah putih.

Namun terkadang aku berubah menjadi  pemuda biasa yang menjelma menjadi pujangga.

Pujangga yang menggila setelah tersengat pesona cinta darimu yang namanya selalu kulempar ke ujung langit berbintang.


Kau yang sering di sebut "Ning"

Putri seorang Kiai sepuh, memangku Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an.


Kali ini aku ingin pedih sendiri mengamatimu dalam sepi.

Aku tidak peduli bila langit mencela, Mendung menyelimuti jiwa, Gunung mencaci maki

Karena waktu selalu berpihak kepada hatiku untuk merangkai cinta kepadamu.

Aku sedang menikmati cinta dari pesona yang berani membuatku berbeda.

Membuat goresan tangan  semakin tajam bila tak ku redam.


Hari Jumat, aku pergi sebuah toko kitab. Tiba-tiba ada yang memanggil ku dari belakang.


"Gus.. Guss.."


Segera ia menghampiri ku. Ternyata itu adalah Mas Fauzan. Saudara sepupu dari keluarga abahku.


"Sampean dengar mboten, ada kabar gembira,"


"Kabar apaaa..??" Tanyaku dengan irama datar.


"Nanti sore aku hendak melamar seseorang, hehe"


"Lho, kok tiba-tiba mau ngelamar, bagaimana ceritanya."


Belum sempat menjawab pertanyaanku, Mas Fauzan terburu-buru pergi begitu saja.

Aku langsung mengambil kitab yang sudah ku pesan kemudian kembali ke rumah.

Sembari berjalan, ku mainkan ponsel karena banyak sekali notifikasi masuk.

Tapi, aku terpusat pada salah satu story di beranda ku yang muncul.


"Waktu yang kamu nikmati terbuang, tidaklah sia-sia. Sebab  jika sudah terlewati, tak kan bisa terulang kembali. Segerakan niat baik"

Kemudian ada foto pemanisnya, yaitu perempuan yang menggunakan hijab koran arab.


Sejenak aku berhenti dan memikirkan kalimat barusan.

Ponselku berdering, ada panggilan dari, Abah.


"Cepet pulang ya, badali ngajinya, Abah. Sekarang jadwalnya di pondok putri sebelah Utara". 


"Inggih, Abah!"

Jawabku singkat.


********************************


Setiba di lokasi, aku melihat banyak gerombolan mbak² yang riwa - riwi sedang persiapan ngaji masuk ke kelas masing-masing.

Ketika aku melintas, tak ada satu pun yang berani menatapku, semua pandangan tertunduk.


Namun, di pojok bangunan tua pesantren, aku mendapati seorang santri yang berparas manis sekali, melemparkan senyum mungil yang tertahan. 


"Siapa dia, kok berbeda dengan mbak² yang lain, tapi ya sudahlah tidak apa-apa, setidaknya ada yang menengok wajah tampan ku ini."


Aku bergegas menuju aula pondok putri. Karena Abah biasanya mengaji di situ. Mengkaji kitab "At-Tibyan" (Fi hamalatil Qur'an)


Orang yang menghafal Al-Quran harus ikhlas dan memurnikan niat ketika mempelajarinya, memurnikan tujuan karena mengharapkan ridlo Allah, mempelajari dan mengajarkan karena Allah semata, bukan karena ingin menyombongkan diri di hadapan manusia dan bukan untuk mencari keduniaan.


Penghafal Al-Quran harus  menjadi  kaca  yang  padanya  orang  dapat  melihat aqidah Al-Quran, nilai-nilainya, etika-etikanya, dan akhlaknya, dan agar ia membaca Al-Quran dan ayat-ayat  itu  sesuai dengan perilakunya. Memiliki kepribadian yang mulia dan menjauhkan dirinya dari segala apa yang dilarang oleh Al-Quran sebagai bentuk pemuliaan terhadapnya. Menjaga diri dari pekerjaan yang rendah, berjiwa mulia, menjauhi para pencari dunia yang bersikap angkuh dan kasar, rendah hati terhadap orang-orang shalih, orang-orang baik, dan kaum miskin, serta bersikap khusyuk dan tenang.


Al Hasan Al Bashri rahimahullah berkata: “Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian melihat Al-Quran sebagai risalah dari Rabb mereka. Oleh karena itu, mereka men-tadabburinya di malam hari dan mengamalkannya di siang hari.”


"Jadi beruntunglah sampean-sampean ini yang pegangannya Al Qur'an.

Insyaallah hidupnya lebih barokah dan mulia."


"Gus, mau bertanya"


"Iya, silakan, apa mbak?"


"Kalau misalkan ada seorang penghafal Al Qur'an, tapi hidupnya sengsara, kepripun, Gus? Maksudnya itu ketika menikah kehidupannya kok ya tidak sesuai yang di janjikan Allah, padahal orang tersebut hafalannya sangat terjaga, Gus.."


"Begini mbak-mbak, Memang, hidupnya terlihat sengsara di mata manusia. Padahal hatinya penuh dengan lapang dada sebab barokahnya Al Qur'an. Kita tidak menyimpulkan apa yang terlihat oleh mata. Sebab yang di rasa oleh hati itulah jawaban atas segala persoalan. Akan tetapi banyak manusia yang tidak mengerti history kehidupan yang sesungguhnya."


Selesai ngaji bersama mbak-mbak, aku langsung pergi mencari kopi.

Ke tempat warung dekat lokasi pondok. Berbaur dengan para santri disana sangatlah menyenangkan.

Duduk bersila di gazebo yang di sediakan, tiba-tiba terlintas dalam pikiranku.

Siapa perempuan yang berhijab koran arab itu. Sepertinya dia santri pondok Tahfidz sebelah.


Ternyata ketika aku sibuk dengan rasa penasaran ku sendiri, teman-teman santri di samping sedang membahas perempuan yang ku maksud itu.


"Eeee, lahiyaaa, itu yang katanya mau menikah dengan Gus Fauzan.  Dia kalau gak salah namanya Ning Wirdah."


"Maksud sampean Tanwirotul Fu'adah???"


"Yap! Betul sekali, tapi biasa di panggil Ning Wirdah."


"Dan yang biasa pakai jilbab koran arab 😁"


Mataku sedikit melirik. Apa yang di bicarakan mereka itu adalah perempuan yang bikin aku penasaran.

Entahlah ...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SANTRI WASLUN DAN KIYAI MAJDZUB

SANTRI WASHLUN & KYAI MAJDZUB 33

Perempuan Senja