SANTRI WASHLUN & KYAI MAJDZUB 5
*Santri Washlun dan Kiyai Majdzub*
(Part Lima)
Oleh : Azizah Maghfiroh
_Wa nahnu aqrobu ilaihi min hablil wariid_ Ketika se orang hamba sudah dekat dengan Sang Kholiq sudah tiada jarak lagi.
Dikatakan dekat bukanlah ia seorang 'alim ataupun fashih bacaan nya,
Bukan juga yg ibadahnya ngetop sregeb nang masjid shodaqohnya banyak.
Akan tetapi di katakan dekat apabila seorang hamba ringan melakukan ibadah,
Hidup nya nrimo ing pandum,
Sudah tidak ada lagi yg nama nya ke khawatiran kesusahan kesedihan.
_Alaa inna auliyaa Allaahi laa khoufun 'alaihim wa laahum yachzanuun_
Klotak klotak,
Suara bangkiak Santri Washlun menuju maqom Mbh Hamid.
Sedangkan Gus Hanafi sibuk dengan smedy nya, dan banyak juga para pengunjung sibuk dengan amalan amalan mereka masing-masing.
Lantas Santri Washlun ini datang tidak membawa apa-apa.
Burdah... tidak,
Al-Qur'an... tidak,
Tasbih... tidak,
Tangan nya hampa kosong tidak membawa apapun, kecuali Ia memantabkan hatinya untuk maju / hadir juga _Tadzhiiril Qolbi min rodzaailihaa_ membersihkan hati dari rodail (sifat ashore ati)
Duduk bersila sembari menundukkan kepalanya sedikit.
Mulai lah Ia mengawalinya dengan tawashul.
Hening...
Sepi...
Sunyi...
meskipun disekitarnya ramai.
*****************
Berlangsung hampir 2 jam lama nya Ia (Santri Washlun) menfokuskan hati untuk bisa sampai hingga tak terasa deraian air matanya mengalir dengan perlahan.
Seolah Ia rasakan dalam hatinya begitu dahsyat dan bergetar disaat mengingat kembali riwayat Beliau Para Ulama' betapa besar perjuangan pengorbanan demi ummat nya terselamatkan dan mengenal lebih dalam lagi masalah agama dan yg terpokok adalah ajaran TAUCHID.
(Manunggaling Gusti)
Sedangkan para penerus generasinya sudah jauh dari kata zuhud bahkan wira'i.
Sebab Sang Ayah nya dahulu pernah bercerita tentang karomah-karomah Mbah Hamid yg tidak bisa di nalar oleh otak manusia.
Sepantas nya Ia kembali mengenang riwayat Orang Tua nya juga, yg telah tiada.
Pitutur dan nasehat itu menjadi bekal / pemberian terindah bagi Santri Washlun.
"Gus.... nun sewuuu nki saking dalem, mugi barokah"
Seorang kakek yg tiba-tiba datang memberi cincin akik.
"Sampun mbah.... matur nuwun"
Tolak secara halus
"Bukan kah ini yg kau cari..??"
"Bukan... matur nuwun"
Walhasil Santri Washlun itu menolak pemberian itu,
Meski dalam percakapan tersebut bahwa cincin akik akan memberikan Ia kesaktian.
Banyak orang yg datang ziaroh kubur untuk mendapatkan keramat jati,
Agar supaya hasil perkara dunia,
Dikira bisa ngalap barokah.
Padahala itu semua bernilai awwaamun naas (umum nya manusia)
Ziaroh yang bagus apabila mendatangkan bisa mengingat kematian.
Bukan ziaroh yg dihukumi akan tetapi prilakunya.
Intinya bisa memahami ilmu sirri langsung dari Allaah dengan cara betah shoro rekosho berat abot sengshoro nanging ojo nelongsho berujung memiliki pemahaman yg tidak sama dengan manusia akan tetapi bisa menyatukan.
Sudah tidak ada lagi perbedaan selisih pendapat.
Kuncinya _Diam seribu bahasa,_
Jauh dari mujadalah,
Isinya selalu Alhamdulillaaaah.
Banyak para santri yg suka memperdebatkan masalah hukum ziaroh itu haram,
Makruh dan lain sebagainya.
Masalah hukum fiqih yg pendapat nya berbeda-beda,
Ujung-ujung e ora dilampahi.
*****************
"Guss Hanafiii"
"Weeeeeh,, pun nimbali Gus to yoooo"
😆
"Eh nggih ding,
Punten.. Kang Hanafi sampun mantun ??"
"Uwiiis ket wau kulo,
Sampean gek suwii men"
😁😁😁😁
"Hehe nggih monggo wangsul"
"Mesisan ten Mbh Sumendi Gus"
Ajak Gus Hanafi kepada Santri Washlun.
"Nggih nderek aken sumonggo"
Bagi nya,
Panggilan baru tersebut tak menggoyahkan ataupun menggeser hati Santri Washlun untuk lebih merasa bangga.
Akan tetapi disitulah tantingan untuk belajar melepas dari sifat 'ujub.
Akhirnya mereka berdua lanjut ke Maqom Mbh Sumendi yg tak jauh dari Maqom Mbh Hamid pukul menunjukan jam 02:00 pagi.
Perjalan itu sudah diabadikan dalam hati berwujud prilaku yg mengikuti ajaran Beliau,
tak perlu selfie-selfie dengan gaya alay nan lebay.
Sebab disitulah akan mengurangi nilai keta'dziman keberkahan kepada Beliau Para Ulama' sepuh.
Ditengah perjalanan tanpa diduga mereka di cegat oleh lima perampok yg sedang mabuk teler.
Saat itu jalan nya sangat sepi dan jauh dari rumah warga.
Terpakasa Gus Hanafi dan Santri Washlun berhenti dan turun dari sepeda motor nya.
Tanpa
baca santri washlun 6
Akhirnya.........
*Santri Malang*
🙏🏻😁
(Part Lima)
Oleh : Azizah Maghfiroh
_Wa nahnu aqrobu ilaihi min hablil wariid_ Ketika se orang hamba sudah dekat dengan Sang Kholiq sudah tiada jarak lagi.
Dikatakan dekat bukanlah ia seorang 'alim ataupun fashih bacaan nya,
Bukan juga yg ibadahnya ngetop sregeb nang masjid shodaqohnya banyak.
Akan tetapi di katakan dekat apabila seorang hamba ringan melakukan ibadah,
Hidup nya nrimo ing pandum,
Sudah tidak ada lagi yg nama nya ke khawatiran kesusahan kesedihan.
_Alaa inna auliyaa Allaahi laa khoufun 'alaihim wa laahum yachzanuun_
Klotak klotak,
Suara bangkiak Santri Washlun menuju maqom Mbh Hamid.
Sedangkan Gus Hanafi sibuk dengan smedy nya, dan banyak juga para pengunjung sibuk dengan amalan amalan mereka masing-masing.
Lantas Santri Washlun ini datang tidak membawa apa-apa.
Burdah... tidak,
Al-Qur'an... tidak,
Tasbih... tidak,
Tangan nya hampa kosong tidak membawa apapun, kecuali Ia memantabkan hatinya untuk maju / hadir juga _Tadzhiiril Qolbi min rodzaailihaa_ membersihkan hati dari rodail (sifat ashore ati)
Duduk bersila sembari menundukkan kepalanya sedikit.
Mulai lah Ia mengawalinya dengan tawashul.
Hening...
Sepi...
Sunyi...
meskipun disekitarnya ramai.
*****************
Berlangsung hampir 2 jam lama nya Ia (Santri Washlun) menfokuskan hati untuk bisa sampai hingga tak terasa deraian air matanya mengalir dengan perlahan.
Seolah Ia rasakan dalam hatinya begitu dahsyat dan bergetar disaat mengingat kembali riwayat Beliau Para Ulama' betapa besar perjuangan pengorbanan demi ummat nya terselamatkan dan mengenal lebih dalam lagi masalah agama dan yg terpokok adalah ajaran TAUCHID.
(Manunggaling Gusti)
Sedangkan para penerus generasinya sudah jauh dari kata zuhud bahkan wira'i.
Sebab Sang Ayah nya dahulu pernah bercerita tentang karomah-karomah Mbah Hamid yg tidak bisa di nalar oleh otak manusia.
Sepantas nya Ia kembali mengenang riwayat Orang Tua nya juga, yg telah tiada.
Pitutur dan nasehat itu menjadi bekal / pemberian terindah bagi Santri Washlun.
"Gus.... nun sewuuu nki saking dalem, mugi barokah"
Seorang kakek yg tiba-tiba datang memberi cincin akik.
"Sampun mbah.... matur nuwun"
Tolak secara halus
"Bukan kah ini yg kau cari..??"
"Bukan... matur nuwun"
Walhasil Santri Washlun itu menolak pemberian itu,
Meski dalam percakapan tersebut bahwa cincin akik akan memberikan Ia kesaktian.
Banyak orang yg datang ziaroh kubur untuk mendapatkan keramat jati,
Agar supaya hasil perkara dunia,
Dikira bisa ngalap barokah.
Padahala itu semua bernilai awwaamun naas (umum nya manusia)
Ziaroh yang bagus apabila mendatangkan bisa mengingat kematian.
Bukan ziaroh yg dihukumi akan tetapi prilakunya.
Intinya bisa memahami ilmu sirri langsung dari Allaah dengan cara betah shoro rekosho berat abot sengshoro nanging ojo nelongsho berujung memiliki pemahaman yg tidak sama dengan manusia akan tetapi bisa menyatukan.
Sudah tidak ada lagi perbedaan selisih pendapat.
Kuncinya _Diam seribu bahasa,_
Jauh dari mujadalah,
Isinya selalu Alhamdulillaaaah.
Banyak para santri yg suka memperdebatkan masalah hukum ziaroh itu haram,
Makruh dan lain sebagainya.
Masalah hukum fiqih yg pendapat nya berbeda-beda,
Ujung-ujung e ora dilampahi.
*****************
"Guss Hanafiii"
"Weeeeeh,, pun nimbali Gus to yoooo"
😆
"Eh nggih ding,
Punten.. Kang Hanafi sampun mantun ??"
"Uwiiis ket wau kulo,
Sampean gek suwii men"
😁😁😁😁
"Hehe nggih monggo wangsul"
"Mesisan ten Mbh Sumendi Gus"
Ajak Gus Hanafi kepada Santri Washlun.
"Nggih nderek aken sumonggo"
Bagi nya,
Panggilan baru tersebut tak menggoyahkan ataupun menggeser hati Santri Washlun untuk lebih merasa bangga.
Akan tetapi disitulah tantingan untuk belajar melepas dari sifat 'ujub.
Akhirnya mereka berdua lanjut ke Maqom Mbh Sumendi yg tak jauh dari Maqom Mbh Hamid pukul menunjukan jam 02:00 pagi.
Perjalan itu sudah diabadikan dalam hati berwujud prilaku yg mengikuti ajaran Beliau,
tak perlu selfie-selfie dengan gaya alay nan lebay.
Sebab disitulah akan mengurangi nilai keta'dziman keberkahan kepada Beliau Para Ulama' sepuh.
Ditengah perjalanan tanpa diduga mereka di cegat oleh lima perampok yg sedang mabuk teler.
Saat itu jalan nya sangat sepi dan jauh dari rumah warga.
Terpakasa Gus Hanafi dan Santri Washlun berhenti dan turun dari sepeda motor nya.
Tanpa
baca santri washlun 6
Akhirnya.........
*Santri Malang*
🙏🏻😁
Lanjut...
BalasHapus