CINTA DALAM DO'A SE ORANG MUSTAHIQ 3
Epusode 3
Oleh : Azizah Maghfiroh
Nafasku masih terasa rindu yg terbelenggu...
Rindu, apa yang kau lakukan??
Tak lihatkah hatiku yg dihempas oleh sebuah kenangan yg sangat memilukan.
Kau datang... Saat sebuah keyaqinan dan harapan membawaku terbang ke dunia khayalan.
Maaf rindu... itu hanyalah sebuah harapan darimu,
Kau tak bisa bertekuk lutut pada hati ini.
Butiran air syurga menghantam seluruh badan ku bernaung mendung tak sempat sampaikan pesan pada hujan itu
Mengucur irama gemericik bersama alunan syahdu hati
Rindu ku kedinginan oleh nya tanpa kehangatan isyarat pemulihnya.
Hujan itu kian lama semakin deras, kini badan ku basah kuyup dengan berkendaraan sepeda pancal tanpa bermantel.
Saat melewati depan asrama putri hatiku selalu saja bergetar,
Entaah apa yg terjadi... kurasa hati ini sedang eror.
Lima belas menit kemudian sampailah tempat tujuan.
"Assalaamu'alaikum"
Salam ku pada penghuni kantor pusat pesantren.
"Wa'alaikumussalam"
"Weleeeh weleeeh Pak Huseen jenengam basah kuyup gitu???"
"Hehehe iyaa... diluar deras pak"
"Silahkan ganti dulu aja, disana ada baju koko dan sarung hitam"
"Oh iyaa pak maqin"
Menunjukan waktu pukul setengah dua siang kami bermusyawaroh tentang acara haul Mbah yai dan akan mengundang Musthofah Athif (Mesir)
Hingga menjelang sore.
Singkat cerita
Aku kembali ke asrama putra dengan wajah sayup alias sedikit lelah, suasana sore itu tidak mendung namun sedikit cerah.
Melewati jalan yg penuh dengan riwa riwi para santri membuatku lebih berhati-hati dan penuh dengan santai. π
Namuun disaat aku fokus pada jalan telinga ini mendengar suara ada yg memanggil,
Begitu aku toleh kebelakang aku bingung siapa yg memanggilki akhirnya aku hiraukan saja.
Dan...
"Stopp Pak Huseen, ada yg lari-lari mengejar jenengan"
Kriiieeekkkk ciiiitttt
Sepeda pancal yg kunaiki segera aku berhentikan.
"Pak Huseeeeeeen..."
π
Sepertinya aku mengenali anak itu.
" Eeeeh... smpyan too?"
Nafas dia masih ter engah engah hingga sulit bicara.
"Maafin bapak tadi bingung, kiarain ada yg usil.. Ada apa Musthofa"
"Hi.. hiyaaa gak papa,
Itu pak jenengan dipanggil Abah"
"Loh Abah siapaa?"
"Abaah ku Pak Husen"
"Dimanaaa...?"
"Disanaa dekat asrama putri"
"Oh.. yaudah ayo naik tak bonceng"
π²π²π²π²π²π²
Tak lama kemudian kami pun turun dan berjalan kaki menuju Abah nya Musthofa,
Dengan jarak yg lumayan dekat tak sengaja mata ini terarah pada se-seorang yg memakai krudung ungu berbunga tengah berdiri disamping mobil kijang.
"Musthofaa itu kok ada perempuan??"
Tanyaku dengan berbisik
"Ouh.. itu kakak saya Pak Husen"
"Namanya...??"
"Izzatul Mukarromah"
Dia tak melihat ku sama sekali, dan ketika jarak sudah dekat perempuan itu mundur dan menoleh ke arah lain sekiranya tidak bertatap muka denganku.
"Assalaamu'alikum Ustadz, Ngapunten ganggu..."
Sapa Abah nya Musthofa dengan sangat ramah
"Wa'alaikumussalm nggih Pak, mbten nopo-nopo"
Jawab ku dengam santun
"Ini loh minta izin Musthofah mau diajak pulang karena Kakek nya sakit dan kangen sama cucu"
"Oh nggih... Monggo, tapi gak lama-lama kan???
Soale ten pondok mau ada haul besar"
"Panggil kakak mu sana"
Suruh Abah nya pada Musthofa.
"Kaak izzaaah, sini ditimbali Abah..."
"Ssssstttt... jangan teriak to dek...."
Suara lembut itu ku tangkap sangat kuat dan saat mata ini mulai saling bertemu hati ini berdebar debar sangat kencang, sebab perempuan yg selama ini diam-diam aku cintai tepat berada didepan ku.
Rasanya aku bernafas dengan nyaman
Sejumlah benih benih cinta mendarat tepat dihatiku
Dia tersenyum dengan senyum malu khasnya.
Kamu adalah mimpiku....
Dan mimpiku adalah kamu.
"Nduk... pulangnya kata Ustadz Husen gak boleh lama-lama... gimana??"
"Sakersho Abah pun"
"Dek pulang nya 2 hari saja yaa"
Tanya kakak nya pada Musthofa
"Iyaaa deeh..."
Jawab Musthofa dengan menendang batu yg tak bersalah
"Gih sampun Ustadz, ini mau izin Mbah Yai dulu matur nuwun waktu nya...
Monggoo"
"Nggih Monggoo..."
"Sana salim dulu sama Ustaz Husen"
Akhirnya Musthofa salim (berpamitan) kepadaku.
Ku helakan nafas ini yg mengumpul didalam dada yg sedari tadi sibuk merangkai cinta.
"Huuuuuuuffft....
Allaaaahu Robbunaaaa, Dia kembali mengusik jiwa ini dengan ikatan batin yg semaki kuat,
Yaa Allaaah Gusti...
Kini aku sudah tau namanya,
Dan tak kusangka juga dia kakak dari Muathofa..."
Gumamku dalam hati
Sesampai dikamar ku rebahkan tubuh ini dan memutar ulang kembali kejadian tadi yg sempat hadirkan sesak dirongga dada bersama rindu yg semakin menggila.
Diam mu itu adalah jeritan hatiku.
"Dooooorrrrr,
Pak Husen tumben smpyan senyum senyum sendiri"
"Enggak apa-apa to pak haffi"
"Tadi aku di sms Kakak nya Musthofa smpyan dipanggil orang tua nya"
"Iyaaaa sudah.."
"Teruuuusss????"
"Nopo sih Pak, keppo ya?? ππ"
"Aah enggak si Pak... Biasah aja"
"Tau siapa nama kakak nya Musthofa..??"
"Tauu donkk ππ"
"Emmmm...."
Jawab ku seakan acuh tak acuh padahal pantulan daa hati ini semakin keras saja
Aku berada pada keadaan mencintai yg tak keberatan jika harus kehilangan karena pada akhirnya yg ditakdirkan selalu menemani, dan yg tidak ditakdirkan selalu menemukan alasan untuk pergi.
27-Nov-2017
Senin
07:20
ππ»π
Santri pecinta suffi
Malang
Oleh : Azizah Maghfiroh
Nafasku masih terasa rindu yg terbelenggu...
Rindu, apa yang kau lakukan??
Tak lihatkah hatiku yg dihempas oleh sebuah kenangan yg sangat memilukan.
Kau datang... Saat sebuah keyaqinan dan harapan membawaku terbang ke dunia khayalan.
Maaf rindu... itu hanyalah sebuah harapan darimu,
Kau tak bisa bertekuk lutut pada hati ini.
Butiran air syurga menghantam seluruh badan ku bernaung mendung tak sempat sampaikan pesan pada hujan itu
Mengucur irama gemericik bersama alunan syahdu hati
Rindu ku kedinginan oleh nya tanpa kehangatan isyarat pemulihnya.
Hujan itu kian lama semakin deras, kini badan ku basah kuyup dengan berkendaraan sepeda pancal tanpa bermantel.
Saat melewati depan asrama putri hatiku selalu saja bergetar,
Entaah apa yg terjadi... kurasa hati ini sedang eror.
Lima belas menit kemudian sampailah tempat tujuan.
"Assalaamu'alaikum"
Salam ku pada penghuni kantor pusat pesantren.
"Wa'alaikumussalam"
"Weleeeh weleeeh Pak Huseen jenengam basah kuyup gitu???"
"Hehehe iyaa... diluar deras pak"
"Silahkan ganti dulu aja, disana ada baju koko dan sarung hitam"
"Oh iyaa pak maqin"
Menunjukan waktu pukul setengah dua siang kami bermusyawaroh tentang acara haul Mbah yai dan akan mengundang Musthofah Athif (Mesir)
Hingga menjelang sore.
Singkat cerita
Aku kembali ke asrama putra dengan wajah sayup alias sedikit lelah, suasana sore itu tidak mendung namun sedikit cerah.
Melewati jalan yg penuh dengan riwa riwi para santri membuatku lebih berhati-hati dan penuh dengan santai. π
Namuun disaat aku fokus pada jalan telinga ini mendengar suara ada yg memanggil,
Begitu aku toleh kebelakang aku bingung siapa yg memanggilki akhirnya aku hiraukan saja.
Dan...
"Stopp Pak Huseen, ada yg lari-lari mengejar jenengan"
Kriiieeekkkk ciiiitttt
Sepeda pancal yg kunaiki segera aku berhentikan.
"Pak Huseeeeeeen..."
π
Sepertinya aku mengenali anak itu.
" Eeeeh... smpyan too?"
Nafas dia masih ter engah engah hingga sulit bicara.
"Maafin bapak tadi bingung, kiarain ada yg usil.. Ada apa Musthofa"
"Hi.. hiyaaa gak papa,
Itu pak jenengan dipanggil Abah"
"Loh Abah siapaa?"
"Abaah ku Pak Husen"
"Dimanaaa...?"
"Disanaa dekat asrama putri"
"Oh.. yaudah ayo naik tak bonceng"
π²π²π²π²π²π²
Tak lama kemudian kami pun turun dan berjalan kaki menuju Abah nya Musthofa,
Dengan jarak yg lumayan dekat tak sengaja mata ini terarah pada se-seorang yg memakai krudung ungu berbunga tengah berdiri disamping mobil kijang.
"Musthofaa itu kok ada perempuan??"
Tanyaku dengan berbisik
"Ouh.. itu kakak saya Pak Husen"
"Namanya...??"
"Izzatul Mukarromah"
Dia tak melihat ku sama sekali, dan ketika jarak sudah dekat perempuan itu mundur dan menoleh ke arah lain sekiranya tidak bertatap muka denganku.
"Assalaamu'alikum Ustadz, Ngapunten ganggu..."
Sapa Abah nya Musthofa dengan sangat ramah
"Wa'alaikumussalm nggih Pak, mbten nopo-nopo"
Jawab ku dengam santun
"Ini loh minta izin Musthofah mau diajak pulang karena Kakek nya sakit dan kangen sama cucu"
"Oh nggih... Monggo, tapi gak lama-lama kan???
Soale ten pondok mau ada haul besar"
"Panggil kakak mu sana"
Suruh Abah nya pada Musthofa.
"Kaak izzaaah, sini ditimbali Abah..."
"Ssssstttt... jangan teriak to dek...."
Suara lembut itu ku tangkap sangat kuat dan saat mata ini mulai saling bertemu hati ini berdebar debar sangat kencang, sebab perempuan yg selama ini diam-diam aku cintai tepat berada didepan ku.
Rasanya aku bernafas dengan nyaman
Sejumlah benih benih cinta mendarat tepat dihatiku
Dia tersenyum dengan senyum malu khasnya.
Kamu adalah mimpiku....
Dan mimpiku adalah kamu.
"Nduk... pulangnya kata Ustadz Husen gak boleh lama-lama... gimana??"
"Sakersho Abah pun"
"Dek pulang nya 2 hari saja yaa"
Tanya kakak nya pada Musthofa
"Iyaaa deeh..."
Jawab Musthofa dengan menendang batu yg tak bersalah
"Gih sampun Ustadz, ini mau izin Mbah Yai dulu matur nuwun waktu nya...
Monggoo"
"Nggih Monggoo..."
"Sana salim dulu sama Ustaz Husen"
Akhirnya Musthofa salim (berpamitan) kepadaku.
Ku helakan nafas ini yg mengumpul didalam dada yg sedari tadi sibuk merangkai cinta.
"Huuuuuuuffft....
Allaaaahu Robbunaaaa, Dia kembali mengusik jiwa ini dengan ikatan batin yg semaki kuat,
Yaa Allaaah Gusti...
Kini aku sudah tau namanya,
Dan tak kusangka juga dia kakak dari Muathofa..."
Gumamku dalam hati
Sesampai dikamar ku rebahkan tubuh ini dan memutar ulang kembali kejadian tadi yg sempat hadirkan sesak dirongga dada bersama rindu yg semakin menggila.
Diam mu itu adalah jeritan hatiku.
"Dooooorrrrr,
Pak Husen tumben smpyan senyum senyum sendiri"
"Enggak apa-apa to pak haffi"
"Tadi aku di sms Kakak nya Musthofa smpyan dipanggil orang tua nya"
"Iyaaaa sudah.."
"Teruuuusss????"
"Nopo sih Pak, keppo ya?? ππ"
"Aah enggak si Pak... Biasah aja"
"Tau siapa nama kakak nya Musthofa..??"
"Tauu donkk ππ"
"Emmmm...."
Jawab ku seakan acuh tak acuh padahal pantulan daa hati ini semakin keras saja
Aku berada pada keadaan mencintai yg tak keberatan jika harus kehilangan karena pada akhirnya yg ditakdirkan selalu menemani, dan yg tidak ditakdirkan selalu menemukan alasan untuk pergi.
27-Nov-2017
Senin
07:20
ππ»π
Santri pecinta suffi
Malang
Komentar
Posting Komentar