CINTA PLATONIS

[♡Cerpen Cinta♡]

Oleh : Azizah Maghfiroh



   Cinta...
Telah membius akan jiwa yg lama layu oleh kesendirian,
Gersang tanpa ada sedikitpun air yg menyirami.
Bagaikan Onta yg tengah berjalan menelusuri panasnya tanah tandus menahan rasa lapar dan haus.
Yaaah.. itulah ibarat perjalanan ku  menempuh citha-citha demi membangun masa depan yang indah, penuh dengan keprihatinan susah lelah dan juga payah.
Namun semua itu tak aku sesali sebab kini aku merasakan hasil, meni'mati ni'mat nya Surga Dunia yaitu makan..minum dan juga tidur.
Yg tersisa hanya satu yaitu _An-Nikaahu._

   Ku mendambakan seorang wanita yg hidup nya penuh dengan kesederhanaan...
Hidup nya penuh dengan ilmu agama.
Hidup penuh dengan berbakti kepada orang tua...
Dan hidup nya penuh dengan kesabaran.

Mengingat akan petuah _Al-ummu madarosatul uulaa_ " Ibu adalah madarasah yang pertama bagi anak-anak nya. Aku lebih berhati-hati dalam memilih pasangan hidup, karena wanita adalah cobaan terberat dikehidupa  yg fana ini.
Seperti yg telah disebutkan dalam Al-Qur'an An-Nisa:14
 _Zuyyina linnaasi hubbusy syahawaati minan nisaa'_   "Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia  cinta terhadap apa yg diinginkan, berupa perempuan-perempuan. disitu jelas Allaah berfirman bahwa wanita itu zeen (indah) dan kenapa  yg pertama disebutkan dalam ayat tersebut *Perempuan???*
Setelah nya anak-anak, harta benda yg menumpuk dan lain seterusnya.
Karena wanita adalah cobaan yg paling dahsyat.

Selepas dari itu semua aku sedikit memahami...
Aku sangat berhati-hati untuk tidak salah jatuh cinta.
Sebab pilihanmu menentukan kwalitas dirimu.

Kini aku telah lulus dari kuliyah dan fokus pada pekerjaan serta mencari cinta dalam Ridlo-Nya.
Di usiaku yang hampir menginjak kepala 3, aku telah mengenal sosok wanita anggun namun jarang sekali aku bertemu dengan nya,
Dia seorang wanita yg berhasil memikat hati untuk yg kali pertama.
Awal kita bertemu ditempat Masjid (Busatul mu'minin) yg disitu ada kegiatan para remaja islami.
Sering juga aku isi dengan pengajian kitab Sulam Taufiq dan Tartilan Bil Qolam.

  Pasa saat hari minggu aku kembali ke Masjid Bustanul Mu'minin. Karena
akan di adakan acara Maulid yg kurang tiga hari lagi.

" Ustadz salim tadi ada yg mencari jenengan "
Ucap Pak rosyid kepadaku.

" Siapa...?? "
Jawabku dengan lantang

" Ustadzah Hanifah,
Nah itu diaa..."

"Permisi Ustadz Salim,
Untuk acara maulid besok aku mengajak teman ku yg dulu pernah kesini.."

" Iyaa silahkan "

" Dia sedang dalam perjalanan "

" Baik,, Nanti sore ajak dia ke kantor untuk mengikuti rapat dan musyawaroh "

" Terimakasih Ustadz Salim "
Jawab Ustadzah Hanifah dengan senyum khas nya yg ada lesung pipit disebelah kanan dan kiri.

Ustdzah Hanifah yg dikenal dengan pemalu dan lemah lembut itu ternyata diam-diam menyimpan harapan pada ku.
Aku mengetahui hal ini dari buku diary yg tak sengaja geledakan di al-mari tempat dimana kitab aku taruh disitu.
Dan banyak tertulis tentang ku, tentang harapan dan perasaan dia kepasaku.
Namun tak sedikit pun hati ini terculik oleh nya,
Dia sudah aku anggap sebagai saudara bahkan orang tua kita telah kenal sangat akrab.

   Menjelang sore,
Aku melihat wanita (memakai baju gamis panjang turun dari sepeda pancal nya) dari dalam masjid yg terhalang oleh dinding
kaca di tengah kesibukan ku duduk sembari bersila memperbaiki mix dan spiker.
Dia kehujanan dan tubuh nya basah kuyup dengan wajah seperti kedinginan.

" Asslaamu'alaikum "

 " Wa'alaikumussalaam"
Jawab ku lirih.
Lalu aku temui sebab dimasjid hanya aku yg masih hidup,
Yang lain nya pada tidur nyenyak.

" Maaf Ustadz,
Ustadzah Hanifah dimana...? "

Aku hanya memandang sekejab dan ku alihkan  kedua mata ini pada gulungan karpet disampingku.

" Sebentar Mbak tak panggilkan dulu "

Ada sinar yg datang menerangi hati... saat dia datang dengan membawa cinta yg kurasa seorang diri...
Wajahku mulai melukis senyum simpul pada kehangatan jiwa...
Dan entahlah aku merasakan aneh dalam hati ku...


   Setelah aku pergi menuju belakang ternyata Ustadzah Hanifah juga tidak ada,
Lalu aku kembali dengan membawakan handuk tebal untuk nya.

" Mbak, pakai ini dulu biar gak masuk angin "

" Makasih Ustadz "

" Ustadzah Hanifah masih tidur InsyaaAllaah "

" Oo iyaa "

Lalu dia pergi begitu saja...
Padahal hati ini masih ingin menyapa dalam waktu lama dan berharap rasa ini menyentuh pada qolbu nya atas izin dari Sang Maha Cinta.
Meski dia telah tidak lagi didepan ku,
Aku masih berdiri dengan meni'mati hujan yg begitu deras.
Seperti deras nya cinta ini yg telah ku tumpahkan untuk nya.



Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SANTRI WASLUN DAN KIYAI MAJDZUB

Perempuan Senja

SANTRI WASHLUN & KYAI MAJDZUB 33