SANTRI WASLUN DAN KIYAI MAJDZUB


Oleh : Azizah Maghfiroh

    Hidup ing alam dunyo gak perlu di buat susah apalagi perkara dunia yg hanya sebatas sayap nya nyamuk.
Hidup di dunia itu lelahan permainan cobalah untuk lebih luas dalam pemikiran hati agar tak mudah dipiloro..

Diperbudak..
Di pulo shoro..
Oleh Duniawi.
Kehormatan
Kekayaan
Kemulyaan
Kepangkatan
Kewibawaan
Kepandaian
Kecerdasan
Ketampanan
Kecantikan
Kehormatan

Yg hanya sebatas liyab luwakum fii ma aataakum.
Yg dimana manusia bangga dengan penilaian sesama manusia
Bangga dengan segala apa yg tlah dimiliki.
Bahkan haus oleh segala macam pujian dan sanjungan,
Menjadikan semakin jauh mengenal kata Liya'buduuni.
Sebab dalam hidup nya selalu ngongsho" dalam karir jabatan.
Zaman sekarang pun Kiayi figur tokoh masyarakat yg menjadi panutan bagi ummat sudah tidak cocok,
Sebab manusia sekarang berlomba lomba dalam kemewahan..
Tinggi tinggian pangkat jabatan..
Padahal kemewahan itulah menyebabkan masyarakat rusak akhlaq dan moral nya. Nilai kezuhudan kewira'ian yg di tanam oleh Para Ulama terdahulu sudah punah. Generasi yg meneruskan sudah tidak ada riyadlo mujahadah tirakat nya.
Mereka hanya tinggal menikmati hasil jerih payah orang terdahulu.

Santri Washlun 2

Ghofiliiin...
Manusia banyak yg lupa.
Kita hidup untuk apa?
Dan untuk siapa?
Tugas utama kita apa?
Dan bagaimana?
Sudah jelas.

Wamaa kholaqtul jinna wal insaan illaa liya'buduuni. Kita sebagai hamba kawulo tugas e ngemawulo. Ngashor sembarang dengah e, Seluruh manusia di muka bumi ini sama rata.

Hanya yg membedakan nilai keimanan dan ketaqwaan.

Begitulah kiranya tafakkur sejenak santri washlun yg di Pesantren selalu diremehkan dihina di caci maki,

Sebab terlahir dari keluarga yg tak punya bahkan ke2 orang tua nya sudah meninggal.

Kini ia hanya hidup sebatang kara akan tetapi tetap di jalani dengan penuh rasa syukur dan terima apa yg sudah ditentukan Oleh Nya.

Selama di Pesantren prilaku nya sll merendah diri dengan thotho lahire sing biasah gak pati akih konco sing nganggep.

Ia selalu jadi gedibal,

Tiap pagi nya mengumpulkan sampah pondok dan membersihkan kotoran sapi kambing,

Pergi ke sawah pun ia jalani dengan istiqomah.

Dan pada akhir nya sering di ledek karena jarang mengikuti ta'lim (ngaji) Sang Kiayi majdzub.



"Walaaaah, bocah ireng pendek mlarat wae arep ngaji barang...,

Angon wedus bae caaah nyocoki karo rupamu"

Guneman salah satu santri.


Santri washlun pun hanya diam dan tersenyum sebab perkataan seperti itu sudah menjadi makan pokok sehari hari.

Yg menjadikan ia manahipun maju nang Gusti Pengeran.



"Matur nuwun Gusti..

Sedoyo sampun kersho Panjengan,

Kulo sumeleh npo ingkang sampum dados jatah kulo...

Sebagai santri sing mlarat akeh wong sing gak doyan,

Tapi hasile ndadosake  manah nki bisho empuk lunak lan gampang olehe emmut Panjengan Gusti..."

Santri Washlun itupun tetap berangkat ngaji.

Saat ia datang dikeramaian teman taman nya banyak santri yg menjauh tetap ia hiraukan dan lebih memilih untuk mengalah duduk di blakang hanya seorang diri.

Hingga Sang Kiyai Majdzub itu pun rawuh,

Sepintas dalam hati nya krentek dan bertutur pada santri nya.

" Sampean (Santri Washlun) maju, manggon nang ngarep kene "



Sontak banyak para santri yg kaget dan ketenggengen.

Lalu ia pun duduk pas dihadapan Sang Kiyai Majdzub.

Pengajian hikam pun dimulai..



"Wuruudul faaqooti a'yaadul muriidiin"

Datangnya berbagai kesukaran (kesempitan/kekurangan) merupakan hari rayanya para murid (orang yg mempunyai kehendak untuk sampai kepada Allaah)

Jadi.. ngeten poro santri,

Kito nki tasih tingkatan muridin dimana seorang hamba masih tingkatan rendah,

Dan jikalau menemui berbagai kesulitan disitulah kesempatan kitho sedoyo saged menuju alam salik (ngambah nang Gusti Allaah)

Kesulitan dalam artian hidup nya ora sll ketungkul masalah ndunyo.

Ora sll hubbud dun'ya.

Diparingi urip susaah Alhamdulillaaah

Diparingi uri pas pasan wa syukurillaaah

Lamuno di paringi urip enak kepenak malah kudu lebih ngati ngati,

Sebab bahasa istidroj pangeluluh nku wonten..

Sing nyebab ne awak niki lali luput marang Gusti Pengeran.

Begitulah suasa pengajian malam hari di Pesantren tersebut hingga selesai pukul sepuluh malam.



Usai pengajian para santri menuju asrama masing-masing,

Ada yg pergi ke kanti untuk beli jajan atau buat kopi dan ada juga yg mutholaah dibawah pohon.

Tapi untuk santri washlun ia malah pergi kedapur untuk beres beres da memberasihkan ruangan dapur yg kotor dan berantakan.

Ia selalu mengais makanan yg sisa dan mengenal rasa jijik sebab dari situlah ia bisa mengganjal perut nya.

Sang Kiayi Majdzub itu tiba tiba datang dengan membawa kotak makanan.

"Cung wis mangan kowe....?"



"Sampun Yai..."



"Iki mengko sampean telasne nggih...

sisah putuku"



"Nggih matur nuwun"

Akhirnya kotak makanan yg berisikan nasi dan ayam itu di taruh sementara dan melanjutkan untuk bersih bersih.



"Meoong... Meoooong,,"

Ada suara kucung yg lagi kelaparan...

Santri washlun itupun memberikan ayam yg masih utuh tadi.



"Puusss... puss,

Luwe yo...

Iki di maem"



Kucing itu pun lahap dan santri itu kembali ke kamarnya dan memakan nasi tanpa lauk dengan lahap juga.

Alhamdulillaaaah....





12-Desember-2017

09:33



SantriMalang




Pecinta Suffi

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SANTRI WASHLUN & KYAI MAJDZUB 33

Perempuan Senja