SANTRI WASHLUN & KYAI MAJDZUB 28

*Santri Washlun & Kyai Majdzub*
(Part Duapuluh Delapan)



Oleh : Azizah Maghfiroh



   Hidup adalah sebuah tantangan, cobaan dan ujian.
Namun bagi manusia yang jiwa (Tauchid) nya kokoh dan tangguh seakan berjalan di Dunia hidup tanpa beban seperti hal nya anak kecil.
"Janganlah kamu (manusia) panik, bila ditimpa persoalan, selagi kamu berada di dalam Dunia dan jangan menenggelamkan diri dalam kesedihan, kesusahan itu memang lagu nya Dunia..!"
(KH. Abdul Hamid Pasuruan)
Hidup sekali jangan jadikan beban slogan Gus Dur,
"Begitu saja kok repot."
Kisah Nabi Musa As. yang seakan di pepet di lema di desak oleh Raja Fir'aun beserta pasukan nya, Beliau tidak pernah putus asa, malah semakin iman dan yaqin percaya penuh bahwa semua sudah di dahuli oleh Allaah.
Manusia untuk  bisa  sampai, harus berakit dahulu.

_Gelem tindak shoro, pasti bakal pikanthuk rosho_
Ni'mat nya ilmu dan ni'mat nya ibadah selalu menghidupkan,
*Nahnu kholaqnaakum falawlaa tushoddiquun*
(Blajari ati sing jejeg).

Dalam sikon genting seperti itu, Santri Washlun hanya bisa terima dengan segala ketetapan apa yang sudah terjadi pada nya.
Teringat wejangan Kyai Majdzub,
"Manungsho gak kuosho opo-opo, tapi gedhi oleh e rumongsho"
Disitulah nilai kekuatan hati Santri Washlun, kalau memang Allaah berkuasa atas keselamatan nya, pasti semua baik-baik saja.
Gus Qodir yang hati nya merasa hancur dan sangat dendam kepada Santri Washlun, karena telah membakar seluruh kitab-kitab kesayangan nya.

"Hooee....!!! Dasar orang gila...!!! Kitab itu mengandung ilmu-ilmu nya Allaah yang telah di titipkan kepada pewaris Nabi,
Lalu apa maksud mu membakar kitab ku semuaa....??!!!
Haaaaahhh...!!!!"
Kemarahan itu semakin memuncak.
Namun apalah daya, Santri Washlun tidak bisa menjelaskan bahwa itu semua ia lakukan atas perintah Kyai Majdzub (Ayahanda nya sendiri).

"Malam ini terimalah siksaan yang akan menimpa dirimu, ini adalah hukuman yang pantas di berikan kepada se seorang yang telah menghina ilmu nya Allaah...!!!!"
Ucap Gus Qodir semakin geram dan menendang tubuh Santri Washlun yang tidak bisa melawan.

Disana Gus Hasib telah mempersiapkan penjalin untuk mencambuk Santri Washlun.

"Allaahu akbar...!!!
Allaaaahu akbar..!!"
Seraya ber takbir Gus Qodir terus menerus mencambuk kedua tangan Santri Washlun yang melingkar ke belakang dalam posisi duduk yang di ikat tali tampar.

"Cetaaaarrr....!!!!
Cetaaarrrr....!!!!!"

Semakin lama, cambukan itu semakin keras dan sekuat tenaga Gus Qodir menyiksa Santri Washlun yang di anggap nya ia sangat melecehkan ilmu nya.

Santri Washlun hanya bisa memejamkan mata di iringi aliran air mata karena menahan rasa panas akibat pukulan penjalin dan sesekali ia meronta kesakitan yang sangat tak terhankan.

"Laaa hawlaa walaa quwwata illaa billahil 'aliyyil 'adziim"
Rintihan dalam hati Santri Washlun.
Ia hanya bisa menerima siksaan yang semakin buas,
Dan meni'mati rasa sakit yang tiada tara.
Punggung nya di cambuk bergantian dengan kedua tangan nya, lalu wajah nya di tutup oleh kain hitam dan pukulan sesekali mengahantam wajah lugu Santri Washlun.
Betapa kejam dan bringas penyiksaan malam itu.
Hingga tubuh nya terkapar tak beraturan, aliran darah segar itu mengotori tubuh nya yang sudah terkulai lemas.

"Itulaaaah balasan bagi manusia yang menghina ilmu-ilmu nya Allaah...!!!!,
Belum nanti di akhirat sana, malah lebih paraah siksaan yang akan menimpa dirimu...!!!"
Celoteh Gus Qodir menghentikan penyiksaan kepada Santri Washlun, menyadari tubuh Santri Washlun yang tak bergerak sedikitpun.



"Betuuul itu Gus..!!"
Sahut Gus Hasib yang merasa puas akan kejadian tersebut.


Santri Washlun raga nya mulai sangat melemah, namun ia masih sanggup bernafas kecil dengan mata yg  tertutup,  disitu jiwa nya masih ingat kepada Allaah.
Setiap hembusan nafas yang mulai berat menahan kesakitan yang begitu dahsyat,  tetapi ia tak lupa akan menyebut Asma Allaah.
Dan berpasrah diri kepada-Nya.
Suasana malam itu, mengundang kesedihan teramat dalam bagi salah satu santri yang tidak tega menyaksikan hukuman itu.
Santri tersebut menyesal telah menuruti akal licik nya Gus Hasib.
Hati nya merasa ikut sangat terpukul atas perlakuan yang tidak adil ini.
Namun sebagai santri biasa ia hanya bisa menyembunyikan rasa haru tersebut dengan menahan air mata yang akan menetes.

"Seperti nya dia sudah mati Gus.."
Ucap Gus Hasib.

"Biarkan tubuh nya di makan oleh hewan disini,
Mari kita tinggalkan..!!"

Bilamana hati sudah gelap karena tidak terima akan kenyataan yg pahit, disitulah manusia fasiq.
Meski terbilang 'alim, bukan suatu jaminan ilmu nya dapat menyikapi, menghadapi, meni'mati kenyataan hidup yang melawan hati.
Sebab sikon hidup manusia seluruh di muka bumi ini tidak ingin kesenangan, kebanggaan, keni'matan,
Keasyikan,
 menjauh dari nya.



_Fashubhaanallaadzii biyadihii malakuutu kulli syain wa ilaihi turja'uun_ (Qs Yasin ayat 83)

"Maka Mahasuci (Allaah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya kamu dikembalikan."






11-Februari-2018
17:09


Salam
🙏🏻🤕

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SANTRI WASLUN DAN KIYAI MAJDZUB

SANTRI WASHLUN & KYAI MAJDZUB 33

Perempuan Senja