SANTRI WASHLUN & KYAI MAJDZUB 30

*Santri Washlun &  Kyai Majdzub*
(Part Tiga Puluh)




Oleh : Azizah Maghfiroh




_Cinta dalam diam_
_Akan banyak kecewa yang tertahan,_
_Cinta dalam ikhlas_
_Allah berikan yang pantas.._
_Buat apa berlama lama bersedih akan cinta yang terabaikan,_
_Selamat berbahagia untuk mu,_
_Aku lelah dengan ketidakpedulian mu,_
_Jangan salahkan jika aku pergi dan tak akan kembali, untuk selama nya.._
_Sungguh malam ini aku mengikhlaskan mu, agar engkau bisa bahagia bersama nya_
_Air mata ini terlalu berharga, jika untuk menangisi se seorang yang tidak memiliki rasa cinta terhadap ku_
_Dan... Trimakasih untuk cinta ini,_
_Menjadikan aku semakin kuat._


Tertulis,
(Imam Hanafi)


Surat itu pun langsung diterima oleh Ning Jazilah, Ia membaca nya dengan sangat haru, terenyuh akan kalimat yang tertulis singkat, namun begitu mengiris hati.
Bak ada jarum yang menusuk hati, betapa jahat nya hati yang telah mengabaikan cinta yang tulus,
Kenapa aku baru  merasakan jika semua telah pergi..?
Rasa penyesalan itu muncul, namun ia tepis dengan rasa penyesalan paling dalam terhadap Santri Washlun.

Setelah malam hari nya yang memberanikan diri untuk menulis surat,
Ke esokkan pagi yang sangat cerah, Gus Hanafi memakai baju pendek dan bersarung cingkrang tanpa memakain sandal,
Ia berlari selelah mungkin mengelilingi perkampungan yang tak jauh dari area pesantren.
Ia keluarkan semua kringat sebanyak mungkin, dan melepaskan serta menghancurkan rasa cinta dalam   hati yang sudah tidak mungkin akan menerima balasan.
Hati nya juga penuh permohonan kepada Sang Mahacinta agar bisa terima akan sebuah kenyataan yang harus dijalani, apa yang memang sudah bukan bagian nya harus di relakan.


Di lain waktu,
Gus Qodir  mondar-mandir di depan kamar nya,  bingung seperti orang yang telah kehilangan uang jutaan rupiah,
Ia sudah tidak bisa muthola'ah kitab-kitab kesayangan itu, lalu
Ia meremas rambut nya dan hidup nya seakan tidak ada gairah.
Ketika Kyai Majdzub (Abah nya sendiri) melintas didepan putra nya itu, Gus Qodir malah bersembunyi, ia tak berani mengadukan soal tersebut.
Entah mengapa, hati nya masih carut marut.

Menjelang siang,
Panas matahari semakin menyengat tubuh Gus Hanafi yang masih betah akan kelelahan nya,
Cucuran keringat mengalir membasahi tubuh berkulit putih,  disitulah menjadikan ia puas akan hukuman cinta.
Cinta yang sudah tidak layak untuk di pelihara dan di perjuangkan.

Setiba di pondok, Gus Hanafi yang tenaga nya benar-benar terkuras itu, langsung merebahkan badan di teras kamar depan.
Kemudian Kang Wahid datang menghampiri Gus Hanafi dan duduk di samping nya.
Kang Wahid terdiam, membiarkan Gus Hanafi yang masih ngos-ngosan.


"Wonten nopo Kang?"
Tanya Gus Hanafi dengan suara terputus sambil terengah-engah.

Kang Wahid tidak menjawab pertanyaan Gus Hanafi,
Ia malah pergi meninggalkan nya.

Hembusan nafas ini dengan cepat atau perlahan mengeluarkan benih-benih cinta yang lama terpendam,
Dan sudah saat nya untuk di lepaskan dengan mengikhlaskan tanpa ada rasa sakit yang tersimpan.

Selang kemudian,
Kang wahid datang.
"Pak, minum dulu..."
Dengan menyuguhkan air kendi yang berukuran kecil.
Gus Hanafi pun bangkit dari posisi sebelum nya dan berpindah untuk duduk bersebelahan dengan Kang Wahid.

Cleeguk,
Cleeeguukk,

"Suwun nggih Kang"

"Nggih sami-sami"

"Oh ya, bagaimana kabar Den Bagus??"
Gus Hanafi bertanya dengan senyuman tulus untuk membalut rasa sakit dalam hati.

Kang Wahid hanya bisa senggowang,

"Kang, sampean loro untu yee??"

Ia (Kang Wahid) hanya bisa menggeleng-geleng kepalanya.

"Tenang saja, kulo pun ikhlas kok, kalau pun Den Bagus menikah sama diaa,
Besok aku akan mengantar Den Bagus untuk menemui Abah nya,
Sampean kenapa murung gitu???"
Tanya lagi Gus Hanafi dengan semangat.

Kang Wahid sulit berucap,

"Oooo... Paling sampean luwe yee??"

Tetap, Kang Wahid menjawab dengan menggelengkan kepala nya.

"Emmmm....
Kenapa to???,
Nesu kaleh kulo ta?
Ha ha....
Koyo cah wadon bae Kang...!!
Mboten-mboten nek kulo dengan begitu mudah nya membengci Den Bagus,
Kulo paham betul siapa dia"
Cerocos Gus Hanafi.

"Bukaaan itu....."
Jawab Kang Wahid dengan memelas.

"Lalu, ada apaaa Kang????"

"Kang Washlun....."

"Kenapa dengan Den Bagus??"

"Besok Pak Hanafi mau ngajak Kang Washlun kan???,
Manggihi Abah e Ning Jazilah..."

"Jelaaas dong, kulo kan sing di amanahi.
Lagian..."
(Gus Hanafi menceritakan semua kejadian awal dan terakhir bersama Santri Washlun)

"Lalu... Kang Washlun pulang nya pripun??"

"Dia sudah biasa seperti itu Kang,
Palingan nebeng gratis hehehe"

"Apa sampean dua hari ini jumpa dengan nya??"

"Emmm.. Mboten"

"Apa Pak Hanafi mbten mireng kabar sesuatu???"

"Mboteen niku, kabar npo emang??"

"Kang Washlun ternyata di hukum oleh Gus Qodir...
Hampir semua santri tak tangleti, mboten wonten sing semerap kata katu ne...."

"Yaaaa Allaaah Yaaa Kariiim.... Berarti Den Bagus terancam bahaya...????!!!!!"

"Telaat Pak, pripun cara ne madosi??"

Gus Hanafi pun disapa kembali rasame cemas dan merasa terpukul akan kesalahan nya saat itu yang tega meninggalakan Santri Washlun.






12-Februari-2018



🐥🔐

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SANTRI WASLUN DAN KIYAI MAJDZUB

SANTRI WASHLUN & KYAI MAJDZUB 33

Perempuan Senja