BAHAGIAKU MELUPAKAN MU
*SA'IDNIY ANSAK*
(Bahagiaku melupakan mu)
Oleh : Azizah Maghfiroh
Malam yang sepi,
Disertai hujan deras bersambar petir keras dan angin besar yang dengan sangat kuat mengayun batang pohon sehingga bergerak.
Suasana malam itu sangat memilukan untuk ku, juga keluarga nya.
Bagaimana tidak?
Se seorang yang akan menjadi pendamping hidup ku,
Telah terbaring disana. TPA,
Tempat penginapan abadi.
Dimana seluruh ummat islam yang telah beristirahat untuk selama nya.
Malam itu,
Aku tengah basah kuyup,
Ditengah kuburan menemani sang kekasih.
Ketakutan, kecemasan, kekhawatiran, seakan tidak ada dalam pikir ku.
Yang ada hanya bayangan kekasih yang sangat aku cintai kala itu.
Kehilangan nya sangat menyayat hati ku.
Kepergiaan nya membuat ku gila.
Bertambah nya hari, ingatan ku tak kunjung lepas dan terbebas dari semua kenangan indah bersamanya.
"Mas Adnan, Kamu tahu gak? Setelah kepergian mu, aku selalu mengingatmu dengan penuh kepedihan dan kesakitan,
Ibaratnya aku tengah berlari diatas bebatuan tajam tanpa beralaskan kaki"
Kita kubur kerinduan dalam hati, lalu kita berjalan dalam keridloan dan keikhlasan.
Kita sudah biasa berjalan bersama namun engkau pergi begitu cepat.
Aku membiarkan hatiku berdarah-darah tersesat dikegelapan malam.
Aku berjalan sendiri menyusuri jalan panjang dalam kepedihan dan kesedihan.
Dan saat malam semakin gelap, seakan lautan sunyi, ombak kepedihan pun datang menelan.
Malam ku tak ada lagi bulan yang bersinar, cahaya kebahagiaan itu telah lenyao hilang ditelan bumi.
Hidup ini terasa hampa setelah kepergian mu.
"Huzaimaaah....
Sini nak, ada tamu"
Suara Ibu memanggilku.
Tanpa menunggu lama, labbaaik, ku penuhi panggilan sang ibunda tercinta.
Aku datang dan duduk disamping nya.
"Kenalkan, ini anak Ibu, nama nya Huzaimah dan ini naak...,
Putra dari Jeng Mutmainnah, teman akrab ibu, siapa nama nya ?"
"Nama saya Abu Mustholih Yusuf, biasa dipanggil Abi / Yusuf"
"Ooo, Nak Abi..."
Pandangan ku kosong.
Namun, sebagai seorang wanita sangat peka, dan aku paham maksud Ibu memperkenalkan aku dengan pemuda itu, yang entah wajah nya bagaimana, aku tidak sama sekali tertarik untuk melihat nya.
"Sudah Ibu,
Ima mau ke kamar lagi..."
Aku langsung beranjak pergi meninggalkan mereka berdua.
Setelah kepergian Mas Adnan, kesunyian dan kesendirian adalah sahabat ku,
Disanalah aku bisa bercengkrama seperti layak nya orang gila.
Meni'mati masa lalu yang telah berlalu.
1 minggu kemudian,
Aku beraktifitas seperti biasa,
Kuliah di Universitas Islam Negri.
Ketika banyak teman yang menanyakan tentang Mas Adnan, aku lebih memilih diam tak berkomentar.
Tapi sebenarnya hati masih menangisi kepergian nya.
Dari situlah,
Aku sering duduk ditaman dan sesekali menuliskan surat rindu untuk Mas Adnan.
Disela kesibukan ku bernostalgia,
Tiba-tiba datanglah pemuda yang tidak aku kenal.
Ia membentak ku dengan suara deheman.
"Eeheem...!!"
Aku langsung berdiri menatapnya, dengan tatapan sinis.
"Bisakah tidak bertingkah seperti itu????"
Pemuda itu tersenyum lebar.
"Apakah kamu tidak diajarkan caranya bersopan santun??"
-Dasar pemuda oleng-
Sesal ku
Berbeda jauh dengan Mas Adnan,.ia selalu menyapaku dengan kelembutan kasih sayang.
"Maaf..."
Dua jari telunjuk nya seakan mengajakku berdamai.
"Iya, jangan diulangi,
Ada perlu apa?"
"Tidak ada..."
"Yasudah silahkan pergi"
"Tidak mau,
Aku ingin disini,
Menemani bunga yang sedang layu"
"Baiklah, Aku yang pergi"
"Jika kamu pergi,
Aku tetap akan menemani bunga yang sedang layu"
"Apa maksud kamu?"
Ku hentakkan kaki satu sebagai tanda kekesalan.
"Hehehehehe"
"Dasar PHO..!"
(Pengganggu hidup orang)
Aku pergi dengan langkah kaki cepat.
Tapi ia semakin mengikuti ku dari belakang.
Dan aku berinisiatif untuk terua berjalan cepat keliling kampus.
Lumayan sambil olahraga.
Pikir ku biar kapok dan kecapek an mengingutiku.
Hampir setengah jam, aku terus berjalan, dan ia tetap pada posisinya terus mengikutiku.
-Yaa Ghofuuur....,
Pemuda gila-
Ternyata aku tidak kuat, keringat pun bercucuran.
Aku duduk meluruskan kedua kaki yang terasa agak pegal.
"Ini silahkan minum"
Pemuda itu menaruh botol minuman didepan ku.
Dan kemudian menghilang tanpa sepengetahuan ku.
(Bahagiaku melupakan mu)
Oleh : Azizah Maghfiroh
Malam yang sepi,
Disertai hujan deras bersambar petir keras dan angin besar yang dengan sangat kuat mengayun batang pohon sehingga bergerak.
Suasana malam itu sangat memilukan untuk ku, juga keluarga nya.
Bagaimana tidak?
Se seorang yang akan menjadi pendamping hidup ku,
Telah terbaring disana. TPA,
Tempat penginapan abadi.
Dimana seluruh ummat islam yang telah beristirahat untuk selama nya.
Malam itu,
Aku tengah basah kuyup,
Ditengah kuburan menemani sang kekasih.
Ketakutan, kecemasan, kekhawatiran, seakan tidak ada dalam pikir ku.
Yang ada hanya bayangan kekasih yang sangat aku cintai kala itu.
Kehilangan nya sangat menyayat hati ku.
Kepergiaan nya membuat ku gila.
Bertambah nya hari, ingatan ku tak kunjung lepas dan terbebas dari semua kenangan indah bersamanya.
"Mas Adnan, Kamu tahu gak? Setelah kepergian mu, aku selalu mengingatmu dengan penuh kepedihan dan kesakitan,
Ibaratnya aku tengah berlari diatas bebatuan tajam tanpa beralaskan kaki"
Kita kubur kerinduan dalam hati, lalu kita berjalan dalam keridloan dan keikhlasan.
Kita sudah biasa berjalan bersama namun engkau pergi begitu cepat.
Aku membiarkan hatiku berdarah-darah tersesat dikegelapan malam.
Aku berjalan sendiri menyusuri jalan panjang dalam kepedihan dan kesedihan.
Dan saat malam semakin gelap, seakan lautan sunyi, ombak kepedihan pun datang menelan.
Malam ku tak ada lagi bulan yang bersinar, cahaya kebahagiaan itu telah lenyao hilang ditelan bumi.
Hidup ini terasa hampa setelah kepergian mu.
"Huzaimaaah....
Sini nak, ada tamu"
Suara Ibu memanggilku.
Tanpa menunggu lama, labbaaik, ku penuhi panggilan sang ibunda tercinta.
Aku datang dan duduk disamping nya.
"Kenalkan, ini anak Ibu, nama nya Huzaimah dan ini naak...,
Putra dari Jeng Mutmainnah, teman akrab ibu, siapa nama nya ?"
"Nama saya Abu Mustholih Yusuf, biasa dipanggil Abi / Yusuf"
"Ooo, Nak Abi..."
Pandangan ku kosong.
Namun, sebagai seorang wanita sangat peka, dan aku paham maksud Ibu memperkenalkan aku dengan pemuda itu, yang entah wajah nya bagaimana, aku tidak sama sekali tertarik untuk melihat nya.
"Sudah Ibu,
Ima mau ke kamar lagi..."
Aku langsung beranjak pergi meninggalkan mereka berdua.
Setelah kepergian Mas Adnan, kesunyian dan kesendirian adalah sahabat ku,
Disanalah aku bisa bercengkrama seperti layak nya orang gila.
Meni'mati masa lalu yang telah berlalu.
1 minggu kemudian,
Aku beraktifitas seperti biasa,
Kuliah di Universitas Islam Negri.
Ketika banyak teman yang menanyakan tentang Mas Adnan, aku lebih memilih diam tak berkomentar.
Tapi sebenarnya hati masih menangisi kepergian nya.
Dari situlah,
Aku sering duduk ditaman dan sesekali menuliskan surat rindu untuk Mas Adnan.
Disela kesibukan ku bernostalgia,
Tiba-tiba datanglah pemuda yang tidak aku kenal.
Ia membentak ku dengan suara deheman.
"Eeheem...!!"
Aku langsung berdiri menatapnya, dengan tatapan sinis.
"Bisakah tidak bertingkah seperti itu????"
Pemuda itu tersenyum lebar.
"Apakah kamu tidak diajarkan caranya bersopan santun??"
-Dasar pemuda oleng-
Sesal ku
Berbeda jauh dengan Mas Adnan,.ia selalu menyapaku dengan kelembutan kasih sayang.
"Maaf..."
Dua jari telunjuk nya seakan mengajakku berdamai.
"Iya, jangan diulangi,
Ada perlu apa?"
"Tidak ada..."
"Yasudah silahkan pergi"
"Tidak mau,
Aku ingin disini,
Menemani bunga yang sedang layu"
"Baiklah, Aku yang pergi"
"Jika kamu pergi,
Aku tetap akan menemani bunga yang sedang layu"
"Apa maksud kamu?"
Ku hentakkan kaki satu sebagai tanda kekesalan.
"Hehehehehe"
"Dasar PHO..!"
(Pengganggu hidup orang)
Aku pergi dengan langkah kaki cepat.
Tapi ia semakin mengikuti ku dari belakang.
Dan aku berinisiatif untuk terua berjalan cepat keliling kampus.
Lumayan sambil olahraga.
Pikir ku biar kapok dan kecapek an mengingutiku.
Hampir setengah jam, aku terus berjalan, dan ia tetap pada posisinya terus mengikutiku.
-Yaa Ghofuuur....,
Pemuda gila-
Ternyata aku tidak kuat, keringat pun bercucuran.
Aku duduk meluruskan kedua kaki yang terasa agak pegal.
"Ini silahkan minum"
Pemuda itu menaruh botol minuman didepan ku.
Dan kemudian menghilang tanpa sepengetahuan ku.
Komentar
Posting Komentar