KETIKA SEORANG USTADZ KESANDUNG CINTA 4
Episode 4
Bagaimana lengkung senyum dapat tercipta..?
Jika rindu memasung kalbu,
Maka biasnya pun akan semakin malu.
Liburan telah tiba,
Navia yang penasaran nya semakin memuncak, menantikan pertemuan itu segera datang.
Sehabis sholat asyar,
Navia izin berpamitan kepada orang tua nya untuk pergi bersama Salwa,
"Ibu, Bapak, Navia habis ini mau keluar boleh ya??"
"Jangan jauh-jauh ya nak"
"Iyaa Pak"
Navia pun sudah meminta izin dan kini ia menunggu kedatangan Salwa.
Tak lama kemudian,
Kriiing kriiiing,
"Assalaamu'alaikum"
Salwa datang dengan menaiki sepeda pancal.
"Wa'alaikumussalam"
"Naviaa ayo,
Keburu sore..."
Kata Salwa dengan mengedipkan mata satu yang seolah-olah mulai menggoda Navia.
"Emang ketemuan dimana sih??,
Aneh-aneh saja Ustadz Aan itu.."
"Di Taman BMW"
"Owalah iyaaa..."
Sesampai di taman yang lumayan ramai,
Navia dan Salwa turun dan mencari tempat duduk yang pas.
"Oke deh... Aku tinggal jalan-jalan dulu yaa,
Kamu disini nungguin Ustadz Aan"
"Iyaa, jangan jauh-jauh, aku takut"
Dan pada akhirnya Salwa meninggalkan Navia yang tengah duduk sendirian.
Dalam hati Navia sangat cemas bercampur deg-deg an.
-Ada apa yaa, jadi tambah penasaran,
Dan gak nyangka juga Seorang Ustadz ingin bertemu dengan ku-
Kedatangan Ustadz Aan pun mengejutkan,
Beliau datang dengan membawa tas koper, tidak jauh beda penampilan nya sebagia seorang guru.
Navia semakin takut akan pertemuan yang semakin dekat.
"Assalaamu'alaikum.."
Salam Ustadz Aan.
"Wa'alaikumussalaam"
Jawab Navia sangat lirih.
Pertemuan itu benar-benar kenyataan, membuat Navia semakin tidak percaya,
Ia pun duduk menyamping memandang tanah yang dipijak nya.
"Sudah lama adek disini..."
-Haaa... Adek???,
Kenapa Ustadz Aan memanggilku Adekk??-
Batin Navia
Hatinya serasa sesak,
Nafas nya berat,
Dan sulit berucap.
"Jadi begini, saya sengaja memanggilmu, untuk mengangkat mu jadi guru, nanti kalau pondok sudah masuk, kamu benar-benar siap,
Bagaimana??"
"Terserah Ustadz saja"
Jawab Navia dengan tetap posisi memandangi tanah.
Ustadz Aan pun berbicara panjang kali lebar kali tinggi.
Bla bla bla blaaaa....
Navia pulang dengan kecengangan hebat.
Dan merasa kaged,
Bahwa ternyata benar.
Sesampai dirumah Navia,
Salwa kepoin tentang nya dan Ustadz Aan tersebut.
"Navia, aku kepoo..."
"Yaah, nanti sesudah isya' aja, tak critain,
Sekarang kita sholat maghrib dulu di langgar"
Dalam sholat nya pun Navia tidak fokus,
Sampai-sampai saat jamaah sholat maghrib, pada duduk takhiyat awal (rokaat kedua) ia malah berdiri.
-Oh tidak,
Aku sudah mulai gontai,
Pikiran ku gak karuan,
Astaghfirullaaaah-
Singkat cerita,
Saat mereka dikamar berdua Salwa terus menerus mengejek Navia dan juga menertawakan nya.
Wkwkwkwkwkwkwkwk..
"Ayo dong ceritaa,
Aku gak sabaraan niih"
Navia mulai mengatur nafas nya,
"Kamu tahu gak??"
"Enggak...!"
"Huuuuuffft,
Ustadz Aan ternyataa...."
"Apaaaaaah????"
Lagi-lagi Salwa spontan menepuk paha Navia,
"Jangan gini ah"
"Iyaaa kenapaa Navia,
Buruaan...!!!"
"Ustadz Aan ternyata akan mengangkat ku menjadi guru"
"Terus.. ??"
"Aduuuuh Salwaaaa,
Beliau juga manggil aku adek waktu itu"
"Hahah... Terus, terus...?!"
"Ustadz Aan ngajak makan bareng"
"Woooowww.... Terusssss...?!!!"
"Beliau juga..."
"Apaaa???"
"Emmm..."
"Ih.. Kamu kok jadi gerogi gitu,
Ambil nafas dulu..."
Navia menarik nafas dan melepaskan nya pelan-pelan.
"Pokok nya banyak cerita pengalaman nya"
"Selain masalah pondok ada gaak???!"
Tanya Salwa
"Ada...."
"Wah, jangan-jangan...,
Apaa itu Naviaa??,
Aku jadi semakin geli,
Kasih tahu dong"
"Ini rahasia Salwa,
Kamu jangan bilang ke orang tua ku ya"
"Hah? Apa hubungan nya"
Navia pun menceritakan semua kepada sahabat nya itu,
Bahwa status Ustadz Aan sudah menjadi duren. (Duda keren)
Dan Ustadz Aan juga ingin dicarikan pendamping baru, yang sepadan,
Janda anak satu ataupun perawan yang masih mau dengan nya.
Salwa begitu kaged dan melongo, mendengar penjelasan Navia.
Ustadz Aan sendiri,
Ternyata memendam rasa kepada Navia,
Namun sangat mustahil untuk mendapatkan nya.
Navia masih gadis mingis-mingis.
Namun setelah pertemuan nya itu,
Membuat Ustadz Aan semakin tambah rasa cinta nya,
Sempat air mata terjatuh, diwaktu kegelapan malam, yang membawa nya terhanyut mengingat masa lalu,
Masa lalu yang begitu suram pahit getir dan pedas.
Dengan hadir nya Navia dalam hati Ustadz Aan, Beliau kembali bangkit, dan mau menyapa apa itu cinta.
Cinta yang telah membuat jiwa nya seperti seorang pemuda perkasa,
Dan mampu menghiasi hari-hari nya yang sepi.
Melukiskan senja dimata,
Ada pelangi senja yang terbungkus manis dipelupuk mata,
Dan segurat senyuman pahit membungkus deretan kepedihan,
Kini berubah menjadi pelangi.
Navia,
Nama itu selalu disebut-sebut dalam hati Ustadz Aan.
Selama liburan,
Navia berkesempatan untuk menenangkan fikiran,
Dan tetap berprasangka baik.
Bagaimana lengkung senyum dapat tercipta..?
Jika rindu memasung kalbu,
Maka biasnya pun akan semakin malu.
Liburan telah tiba,
Navia yang penasaran nya semakin memuncak, menantikan pertemuan itu segera datang.
Sehabis sholat asyar,
Navia izin berpamitan kepada orang tua nya untuk pergi bersama Salwa,
"Ibu, Bapak, Navia habis ini mau keluar boleh ya??"
"Jangan jauh-jauh ya nak"
"Iyaa Pak"
Navia pun sudah meminta izin dan kini ia menunggu kedatangan Salwa.
Tak lama kemudian,
Kriiing kriiiing,
"Assalaamu'alaikum"
Salwa datang dengan menaiki sepeda pancal.
"Wa'alaikumussalam"
"Naviaa ayo,
Keburu sore..."
Kata Salwa dengan mengedipkan mata satu yang seolah-olah mulai menggoda Navia.
"Emang ketemuan dimana sih??,
Aneh-aneh saja Ustadz Aan itu.."
"Di Taman BMW"
"Owalah iyaaa..."
Sesampai di taman yang lumayan ramai,
Navia dan Salwa turun dan mencari tempat duduk yang pas.
"Oke deh... Aku tinggal jalan-jalan dulu yaa,
Kamu disini nungguin Ustadz Aan"
"Iyaa, jangan jauh-jauh, aku takut"
Dan pada akhirnya Salwa meninggalkan Navia yang tengah duduk sendirian.
Dalam hati Navia sangat cemas bercampur deg-deg an.
-Ada apa yaa, jadi tambah penasaran,
Dan gak nyangka juga Seorang Ustadz ingin bertemu dengan ku-
Kedatangan Ustadz Aan pun mengejutkan,
Beliau datang dengan membawa tas koper, tidak jauh beda penampilan nya sebagia seorang guru.
Navia semakin takut akan pertemuan yang semakin dekat.
"Assalaamu'alaikum.."
Salam Ustadz Aan.
"Wa'alaikumussalaam"
Jawab Navia sangat lirih.
Pertemuan itu benar-benar kenyataan, membuat Navia semakin tidak percaya,
Ia pun duduk menyamping memandang tanah yang dipijak nya.
"Sudah lama adek disini..."
-Haaa... Adek???,
Kenapa Ustadz Aan memanggilku Adekk??-
Batin Navia
Hatinya serasa sesak,
Nafas nya berat,
Dan sulit berucap.
"Jadi begini, saya sengaja memanggilmu, untuk mengangkat mu jadi guru, nanti kalau pondok sudah masuk, kamu benar-benar siap,
Bagaimana??"
"Terserah Ustadz saja"
Jawab Navia dengan tetap posisi memandangi tanah.
Ustadz Aan pun berbicara panjang kali lebar kali tinggi.
Bla bla bla blaaaa....
Navia pulang dengan kecengangan hebat.
Dan merasa kaged,
Bahwa ternyata benar.
Sesampai dirumah Navia,
Salwa kepoin tentang nya dan Ustadz Aan tersebut.
"Navia, aku kepoo..."
"Yaah, nanti sesudah isya' aja, tak critain,
Sekarang kita sholat maghrib dulu di langgar"
Dalam sholat nya pun Navia tidak fokus,
Sampai-sampai saat jamaah sholat maghrib, pada duduk takhiyat awal (rokaat kedua) ia malah berdiri.
-Oh tidak,
Aku sudah mulai gontai,
Pikiran ku gak karuan,
Astaghfirullaaaah-
Singkat cerita,
Saat mereka dikamar berdua Salwa terus menerus mengejek Navia dan juga menertawakan nya.
Wkwkwkwkwkwkwkwk..
"Ayo dong ceritaa,
Aku gak sabaraan niih"
Navia mulai mengatur nafas nya,
"Kamu tahu gak??"
"Enggak...!"
"Huuuuuffft,
Ustadz Aan ternyataa...."
"Apaaaaaah????"
Lagi-lagi Salwa spontan menepuk paha Navia,
"Jangan gini ah"
"Iyaaa kenapaa Navia,
Buruaan...!!!"
"Ustadz Aan ternyata akan mengangkat ku menjadi guru"
"Terus.. ??"
"Aduuuuh Salwaaaa,
Beliau juga manggil aku adek waktu itu"
"Hahah... Terus, terus...?!"
"Ustadz Aan ngajak makan bareng"
"Woooowww.... Terusssss...?!!!"
"Beliau juga..."
"Apaaa???"
"Emmm..."
"Ih.. Kamu kok jadi gerogi gitu,
Ambil nafas dulu..."
Navia menarik nafas dan melepaskan nya pelan-pelan.
"Pokok nya banyak cerita pengalaman nya"
"Selain masalah pondok ada gaak???!"
Tanya Salwa
"Ada...."
"Wah, jangan-jangan...,
Apaa itu Naviaa??,
Aku jadi semakin geli,
Kasih tahu dong"
"Ini rahasia Salwa,
Kamu jangan bilang ke orang tua ku ya"
"Hah? Apa hubungan nya"
Navia pun menceritakan semua kepada sahabat nya itu,
Bahwa status Ustadz Aan sudah menjadi duren. (Duda keren)
Dan Ustadz Aan juga ingin dicarikan pendamping baru, yang sepadan,
Janda anak satu ataupun perawan yang masih mau dengan nya.
Salwa begitu kaged dan melongo, mendengar penjelasan Navia.
Ustadz Aan sendiri,
Ternyata memendam rasa kepada Navia,
Namun sangat mustahil untuk mendapatkan nya.
Navia masih gadis mingis-mingis.
Namun setelah pertemuan nya itu,
Membuat Ustadz Aan semakin tambah rasa cinta nya,
Sempat air mata terjatuh, diwaktu kegelapan malam, yang membawa nya terhanyut mengingat masa lalu,
Masa lalu yang begitu suram pahit getir dan pedas.
Dengan hadir nya Navia dalam hati Ustadz Aan, Beliau kembali bangkit, dan mau menyapa apa itu cinta.
Cinta yang telah membuat jiwa nya seperti seorang pemuda perkasa,
Dan mampu menghiasi hari-hari nya yang sepi.
Melukiskan senja dimata,
Ada pelangi senja yang terbungkus manis dipelupuk mata,
Dan segurat senyuman pahit membungkus deretan kepedihan,
Kini berubah menjadi pelangi.
Navia,
Nama itu selalu disebut-sebut dalam hati Ustadz Aan.
Selama liburan,
Navia berkesempatan untuk menenangkan fikiran,
Dan tetap berprasangka baik.
Komentar
Posting Komentar