BAHAGIAKU MELUPAKANMU 2
Episode 2
_Kalau tidak ingin kehilangan kekasih, pastikanlah kekasihmu adalah kekasih yang selalu ada_
Menemukan catatan dibuku lawas.
Aku termenung panjang dan menyesali perbuatan dzolim kepada hati ku sendiri.
Lalu aku mengajak hati untuk bahagia dan bersyukur.
Pagi yang cerah untuk jiwa yang semangat.
Aku menyapa sang Ibu dengan senyuman paling manis sampai menunjukkan lesung pipi yang indah.
(Semua hanya titipan)
"Tumben anak Ibu kok bahagia banget"
Siapa sangka,
Tuhan menyempurnakan pagi dengan segelas teh tubruk hangat atau pada yang lebih menyerupai bayangan seseorang.
Entahlah siapa....
-Ah, Aku tersedak-
"Uhukk.. Uhuk,
Gak boleh ya Bu, bahagia??"
"Bahagia atau tidak nya kan manusia sendiri yang menciptakan,
Boleh dong sayang"
"Lhaa..??,
Seumpama kalau dia ditimpa musibah sakit, bagaimana?
Apa bisa manusia bahagia?"
"Bisa... Sebab dia jadikan musibah adalah rahmat"
"Waduh, susah kalau begitu"
"Hehehehe"
Senyum Ibu menghampiriku dan menbelai kepala.
"Ibu, Ima berangkat dulu ya..."
Pamit ku pada Beliau dan tak lupa memberi salam.
Sesampai di Kampus,
Aku berpas-pasan dengan pemuda yang sedang parkir sepeda pancal nya.
"Bukan nya dia itu pemuda yang kusebut PHO itu ya??,
Tapi.... Dia kok....?"
Wajar,
Terkadang kesederhanaan hidup seseorang membuat hati terenyuh dan terketuk.
"Selamat pagi bunga cantik...."
Goda nya.
Pikirku dia seorang pemuda yang tangguh, hidup penuh kesederhanaan dan berpedoman tidak umum nya Mahasiswa,
Tapi karena pagi ini dia menggodaku kembali, aku urungkan kekaguman itu padanya.
"Huh.."
Aku menghiraukan nya.
Selepas itu, aku menoleh ke belakang memastikan apakah dia masih mengikutiku.
-Ahh... Kenapa aku jadi GR begini ya??-
"Doooor....!!"
"Innalillaaah...!, kamu ini bandel banget siiii......"
"Hehe, aku melihat kedua mata mu itu sedang jatuh cinta yaa...?,
Hemm... Ima, jujur aja deh, udah bisa move on alhamdulillaah dong?"
"Kamu itu, dasar paskemi"
"Apa itu??"
"Sok tau..."
"Artinya??"
"Pasukan kemeruh Indonesia?"
"Laah... Baru denger aku"
Kami berdua pun berjalan menelusuri kampus untuk menuju kelas masing-masing.
Di dalam kelas, aku menulis sambil menunggu kedatangan dosen. Hukum Negara adalah Jurusan yang aku ambil saat ini.
"Assalaamu'alaikum Warohmatullaahi Wa barokatuh, saya sebagai Asisten Dosen menggatikan posisi Beliau"
"Wa'alaikumussalam"
Ilaa akhirihi.
Betapa keger nya,
Pemuda PHO itu ternyata bukan sembarang Mahasiswa.
Aku tanpa sadar melongo dan bersenggowang.
"Imaa..
Ih, gila kamu ya"
Senggol Nadia kepadaku.
Spontan aku berpura-pura menulis.
Sungguh, gerak-gerik yang sangat memalukan pagi ini.
Wajahku pun tengkurap pada permukaan meja.
Rasa apa ini....
Cinta ? Sudah jelas, tidak mungkin.
Bahkan seseorang yang istimewa juga bukan.
Tapi kenapa aku merasakan aneh dalam hatiku,
Setiap bertemu dengan nya, aku merasa aneh.
Pokok nya aneh..!
Dia itu bagaikan air hujan, sedang aku bunga yang lagi hidup di musim kemarau.
Saat rintihan hujan menyirami bunga...
Mekar indah nan menawan jadinya.
Jika terus-terusan hidup ku tanpa terlihat olehmu....
"Oh no..!,
Tidak boleh aku lanjutkan"
Batinku.
Aku pun mencoret-coret tulisan gila itu dan merobeknya pelan dan ku remas hingga menjadi bulat.
Materi yang sudah disampaikan selesai.
Dan aku baru sadar,
Selama materi itu disampaikan, aku tidak sama sekali mendengar apalagi memahaminya.
Sungguh musibah datang menghampiriku.
Tidak biasanya aku seperti ini.
Semua teman-teman berhamburan keluar dalam kelas, sedang aku meni'mati kesendirin lagi.
_Kalau tidak ingin kehilangan kekasih, pastikanlah kekasihmu adalah kekasih yang selalu ada_
Menemukan catatan dibuku lawas.
Aku termenung panjang dan menyesali perbuatan dzolim kepada hati ku sendiri.
Lalu aku mengajak hati untuk bahagia dan bersyukur.
Pagi yang cerah untuk jiwa yang semangat.
Aku menyapa sang Ibu dengan senyuman paling manis sampai menunjukkan lesung pipi yang indah.
(Semua hanya titipan)
"Tumben anak Ibu kok bahagia banget"
Siapa sangka,
Tuhan menyempurnakan pagi dengan segelas teh tubruk hangat atau pada yang lebih menyerupai bayangan seseorang.
Entahlah siapa....
-Ah, Aku tersedak-
"Uhukk.. Uhuk,
Gak boleh ya Bu, bahagia??"
"Bahagia atau tidak nya kan manusia sendiri yang menciptakan,
Boleh dong sayang"
"Lhaa..??,
Seumpama kalau dia ditimpa musibah sakit, bagaimana?
Apa bisa manusia bahagia?"
"Bisa... Sebab dia jadikan musibah adalah rahmat"
"Waduh, susah kalau begitu"
"Hehehehe"
Senyum Ibu menghampiriku dan menbelai kepala.
"Ibu, Ima berangkat dulu ya..."
Pamit ku pada Beliau dan tak lupa memberi salam.
Sesampai di Kampus,
Aku berpas-pasan dengan pemuda yang sedang parkir sepeda pancal nya.
"Bukan nya dia itu pemuda yang kusebut PHO itu ya??,
Tapi.... Dia kok....?"
Wajar,
Terkadang kesederhanaan hidup seseorang membuat hati terenyuh dan terketuk.
"Selamat pagi bunga cantik...."
Goda nya.
Pikirku dia seorang pemuda yang tangguh, hidup penuh kesederhanaan dan berpedoman tidak umum nya Mahasiswa,
Tapi karena pagi ini dia menggodaku kembali, aku urungkan kekaguman itu padanya.
"Huh.."
Aku menghiraukan nya.
Selepas itu, aku menoleh ke belakang memastikan apakah dia masih mengikutiku.
-Ahh... Kenapa aku jadi GR begini ya??-
"Doooor....!!"
"Innalillaaah...!, kamu ini bandel banget siiii......"
"Hehe, aku melihat kedua mata mu itu sedang jatuh cinta yaa...?,
Hemm... Ima, jujur aja deh, udah bisa move on alhamdulillaah dong?"
"Kamu itu, dasar paskemi"
"Apa itu??"
"Sok tau..."
"Artinya??"
"Pasukan kemeruh Indonesia?"
"Laah... Baru denger aku"
Kami berdua pun berjalan menelusuri kampus untuk menuju kelas masing-masing.
Di dalam kelas, aku menulis sambil menunggu kedatangan dosen. Hukum Negara adalah Jurusan yang aku ambil saat ini.
"Assalaamu'alaikum Warohmatullaahi Wa barokatuh, saya sebagai Asisten Dosen menggatikan posisi Beliau"
"Wa'alaikumussalam"
Ilaa akhirihi.
Betapa keger nya,
Pemuda PHO itu ternyata bukan sembarang Mahasiswa.
Aku tanpa sadar melongo dan bersenggowang.
"Imaa..
Ih, gila kamu ya"
Senggol Nadia kepadaku.
Spontan aku berpura-pura menulis.
Sungguh, gerak-gerik yang sangat memalukan pagi ini.
Wajahku pun tengkurap pada permukaan meja.
Rasa apa ini....
Cinta ? Sudah jelas, tidak mungkin.
Bahkan seseorang yang istimewa juga bukan.
Tapi kenapa aku merasakan aneh dalam hatiku,
Setiap bertemu dengan nya, aku merasa aneh.
Pokok nya aneh..!
Dia itu bagaikan air hujan, sedang aku bunga yang lagi hidup di musim kemarau.
Saat rintihan hujan menyirami bunga...
Mekar indah nan menawan jadinya.
Jika terus-terusan hidup ku tanpa terlihat olehmu....
"Oh no..!,
Tidak boleh aku lanjutkan"
Batinku.
Aku pun mencoret-coret tulisan gila itu dan merobeknya pelan dan ku remas hingga menjadi bulat.
Materi yang sudah disampaikan selesai.
Dan aku baru sadar,
Selama materi itu disampaikan, aku tidak sama sekali mendengar apalagi memahaminya.
Sungguh musibah datang menghampiriku.
Tidak biasanya aku seperti ini.
Semua teman-teman berhamburan keluar dalam kelas, sedang aku meni'mati kesendirin lagi.
Komentar
Posting Komentar