"P-P-K-M" (Pelan-pelan kita Menikah)

 "P-P-K-M"

(Pelan-pelan kita Menikah)

Part 2


Oleh : Azizah Maghfiroh


Menjalin rasa tanpa ungkapan kata, seperti membuat secangkir kopi tanpa gula. Rasanya tetap nikmat, bagi sang pecinta. Walaupun pahit, aku suka.


Ahhh.... kenapa memilih yang menyiksa, jika ungkapan kata membuat hati lega. Rasa ini akan lebih bermakna.


Ku laju kencang Mobil Mitsubitshi Pajero Sport 2021 warna putih menuju ndalemnya Mbah Yai Rosyid. Beliau adalah Rektor di kampus Ma'had Aly. 

Ada detak jantung yang berdebar-debar. Keringat pun mulai keluar. 

Pesan singkat yang telah ku baca menjadi irama musik di sepanjang perjalanan.


"Gus Ibram, sampean bade kulo ta'arufkan ke seseorang"


Mau menolak, tapi sungkan. Sebab hati sudah ada pilihan.


*************************************


"Abah, Wirda masih belum cukup umur untuk menikah, janganlah di jodoh2kan. Kemarin sudah sama Kak Fauzan. Wirda sudah gak mau, sekarang ganti saudaranya. Pokoknya Wirda nanti gak mau nemuin! Wirda capek! Pingin fokus belajar kitab saja."


"Nduk, kamu itu kan sudah khatam Al Qur'an nya, masalah belajar kitab biar nanti di ajarin sama suami. Ummi tahu kamu masih pingin mencari ilmu. Tapi kamu anak satu-satunya Abah dan Ummi yang akan meneruskan perjuangan." Nasihat Ummi dengan nada halus.


"Wirda tetep gak mau! Nikahnya nanti aja usia 20 tahun ke atas. Wirda malu kalau nikahnya muda sekali, sedangkan teman-teman Wirda kebanyakan menempuh pendidikan kuliah, mondok lagi dan menjadi guru. Masak Wirda habis lulus SMA menikah. Ummii... Plisss jangan paksa Wirda, nanti Wirda yang bicara langsung wis ke Abah...."


"Gak bisa, Nduk, sing nurut sama orang tua." Jawab Abah yang mendengar keluhan putri sulungnya tersebut.


"Abaaaah..." 

Wirda mulai merengek dan menangis sembari mendekat kepada Umminya.

Hiks.. hiks.. hiks..


"Abah tega, gak sayang sama Wirda. Abah jahat. Ummi, pokoknya stop jodoh2 ini Wirda sama siapapun. Wirda bakalan belajar lagi. Wirda pingin bisa baca kitab. Wirda kepingin meneruskan sekolahnya. Wirda pingin belajar ke Tarim."


Disela obrolan perdebatan Wirda dengan Abahnya, bel rumah berbunyi.

"Ting tong....."

"Assalamu'alaikum...."


Mbah Yai Rosyid pun segera membukakan pintu.


"Waalaikumussalam warohmatulllah, silakan masuk, Gus Ibram..."


*********************************


Aku masuk dengan iringan langkah berdoa. Semoga ini tidak nyata dan aku masih bisa maju atas pilihanku sendiri. Bismillah!


"Bagaimana kabar keluarga?" Tanya Mbah Yai Rosyid.


"Alhamdulillah sehat wal afiyat, Yai,"


"Alhamdulillah kalau begitu. Jadi begini Gus, keluarga kita kan sudah saling kenal. Nah, Saya itu kepingin memberikan amanah kepada sampean, yaitu menitipkan putri saya satu-satunya. Namanya Wirda. Anaknya baru saja kemarin khatam, sekarang usianya masih 17 tahun. Sampean kan hafidz, bisa ngajarin kitabnya sekalian. Yaaah, seorang bapak sih gak mau yang aneh2. Takut kena pengaruh zaman. Apalagi anaknya itu kepinginannya buanyak sekali. Wis, biar aman tetap lugu, tak nikahkan saja, biar ada yang mendidik dan menemani. Bukan malah keluar pergi sama teman-temannya. Belum lagi nanti salah jatuh cinta. Kecanduan main hp terus."


"Pangapunten, Yai, maksudnya Ning Wirda itu putri Panjenengan to?"


"Iyaaah betul,"


"Bukannya Ning Wirda sudah dilamar Mas Fauzan saudara sepupu saya nggih?"


"Ssssstttttt, iya, itu batal. Ceritanya panjang."


"Tapi, semua sudah membaik. Dan Gus Fauzan memahami. Jangan menolak karena alasan tersebut yaa Gus Ibram,"


"Insyaallah, Yai, rasanya kok yaa cepet sekali, tiba-tiba langsung diberikan amanah seberat ini. Padahal siapakah saya ini?"


"Sebentar tak panggil anaknya."


Tidak tergesa-gesa dalam menjatuhkan sebuah rasa adalah pilihan yang tepat bagi sang penikmat sepi dan sendiri. 


Tanwirotul Fu'adah adalah gadis yang masih belia dalam kehidupan nyata. Namun dikenal sangat berwibawa dalam dunia Maya. 

Ia memiliki jutaan fans karena kepiawaiannya dalam berkata. Suka memotivasi khususnya bagi para penghafal dan pecinta Al Qur'an.


"Ndukkk, buka pintu kamarnya..."


"Gak mau! Wirda gak mau keluar kamar. Wirda gak mau ketemu sama siapapun!"


Tiba-tiba datanglah suruhan Mbah Yai Rosyid untuk mendobrak pintu kamarnya.


-Maafkan, Abah ya Nduk, harus bertindak seperti ini- 


"Bruaaaakkkkkkkk!!!"


Seketika Wirda pun terkejut. Dan ia menangis sesenggukan. Umminya pun mendekat dan berusaha mengusap punggungnya untuk menenangkan.


"Cupp... Cupp.. ssshhtttt... Ssshhhttt.. sudah, sudah, Ummi dan Abah gak memaksa kalau begitu. Wirda menikahnya biar menunggu usia 20 tahun aja Abah."


"Lho..? Ummi kok berkata seperti itu? Ini sudah totokan."


Ummi memberikan isyarat menggeleng-gelengkan kepalanya. 


"Wirda, diam dulu, jangan menangis seperti itu, malu, Nak.."


"Yasudah, kalau memang kamu pinginnya seperti itu, Abah turuti. Tapi sekarang juga ikut Abah yaaa... Nemuin Gus Ibram di depan."


"Untuk apa, Abah?, Kan menikahnya gak jadi..."


"Yaa Allaah, anakku yang cantik, satu-satunya... Abah harus jelaskan lagi?"


Wirda sedikit bingung. Tapi Umminya berbisik. "Sudah, kamu gak jadi menikah kok, tapi turuti perintah Abahmu itu yaa.."


"Ayo, segera usap air matanya dulu, kemudian ambil air wudhu."


**************************************

Padahal,

Aku masih menari dengan cintanya

Dalam sepi ada rasa yang menggila

Dibelai lembut dengan mesra

Namun tiba-tiba dibangunkan oleh realita


"Maaf yaa, Gus Ibram, agak menunggu. Ini putri saya, namanya Tanwirotul Fu'adah.

Dan itu, namanya Gus Ibram, Nduk.. putra dari Kiai Said. Dia dulu pernah belajar ke Tarim, coba tanya enak gak belajar Disana??"


Aku terkekeh.


"Abah hanya mencoba memperkenalkan, biar kaliang berdua saling mengenal dulu, untuk ke depannya, pelan-pelan saja menikahnya. Begitu yaaa Guss, heheheh"


Aku hanya tersenyum meringis.


"Abah, mau ke kamar mandi" bisik Wirda kepada Abahnya.


************************************


Bagaimana bisa kujelaskan rasaku.

Perempuan yang selama ini singgah tanpa nama dan rupa ternyata ia benar di depan mata. Sepintas kulihat kedua matanya ada rasa terpaksa atas perjodohan ini.

Bahkan dalam diamnya, ia sudah berteriak dalam pikiranku.


Bersambung.....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SANTRI WASLUN DAN KIYAI MAJDZUB

SANTRI WASHLUN & KYAI MAJDZUB 33

Perempuan Senja