PPKM episode 5
"P-P-K-M"
(Pelan-pelan kita Menikah)
Part 5
(Episode 4) klik dibawah ini 👇
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=986176628863875&id=100024146414964
Oleh : Azizah Maghfiroh
Suasana hening menyelimuti perasaan mereka berdua. Tanpa rasa canggung, Ning Wirda pun membuka masker untuk memecahkan suasana yang membuat ia gelisah.
Disitulah kesempatan Gus Ibram melihat wajah ayu Ning Wirda. Terlihat masih bocah namun kalem, anggun, manis, cuantik. Kalau dipandang tidak jauh beda seperti artis Keisha Ratuliu dan yang paling disukai Gus Ibram adalah kedipan matanya yang pelan.
Karena sibuk memandangi wajah ayunya yang tidak membosankan, Gus Ibram lupa hendak melanjutkan bertanya-tanya dan menjelaskan maksud kedatangannya. Dan tetiba kemudian datanglah tamu sekeluarga.
"Assalamualaikum..."
Salam salah satu tamu tersebut di balik pintu yang sedang terbuka.
"Waalaikumussalam warohmatulllah wabarokatuh" jawab salam Ning Wirda.
Lalu ia menghampiri tamu tersebut.
"MasyaAllah, Ning Marisa, ada apa ini kok rame-rame tumben datang kemari?"
"Hemmmmmm.."
Jawab Ning Marisa dengan senyum lebar.
Ning Marisa adalah sepupu jauh dari Ning Wirda. Mereka sudah terbiasa bersama sejak kecil. Namun ketika ia menempuh pendidikan pondok pesantren, Ning Marisa pergi jauh ikut dengan orang tuanya. Kedatangan tamu itu ternyata ada maksud untuk memberikan kabar bahwa Ning Marisa hendak menikah di usia dini.
Di posisi lain, melihat kedatangan tamu sekeluarga, Gus Ibram serasa terpaku. Hatinya berbisik menyuruhnya untuk segera pamit, dari pada rasa malu dipelihara.
"Loh, ada tamu siapa nih?"
Tanya salah satu saudara Ning Marisa.
"Oh, itu.. emmm, silakan masuk ke ruang tengah. Tak panggilkan Abah dulu"
"Hayo siapa???"
Goda Ning Marisa.
Ummi keluar dari kamarnya.
"Hehehehe.." mendengar obrolan mereka, Ummi sedikit terkekeh.
"Insyaallah yang di depan tadi itu menantu kami"
"Ummi!" Kok menantu sih?,
Bukan, bukan! lebih tepatnya beliau adalah guru Wirda nanti yang mau ngajarin baca kitab."
"Ehheemm, ciyuuuu...."
Gelak tawa mereka pecah seketika.
"Iya wis iyaaaa, gurunya Ning Wirda nanti, tapi dihalalin dulu dong, biar tambah asik dan ngeriiii"
Celetuk salah satu saudara Ning Marisa.
"Kok ngerii sih?!"
"Hehehe ngeri maksudnya uhuk-uhuk loh Ning Wirda, bukan ngeri menakutkan, Hahaha"
"Sudah sudah, Monggo silakan duduk, Nduk, buatkan wedang ya"
"Nggih Ummi."
"Mbah Yai Rosyid kemana Bunyai? Tanya Ning Marisa.
"Masih sholat Dhuha, sebentar lagi turun mushola"
Di dapur, Ning Wirda sibuk menyiapkan suguhan. Terdengar suara klintingan mengaduk air di gelas. Ia tidak fokus dengan pekerjaan tersebut. Karena perasaannya sedikit melamun dengan apa yang baru saja terjadi. Istilah bahasa jaman sekarang, 'Baper'.
Setelah itu, Ning Wirda pun menyuguhkan berbagai cemilan kue, kurma, buah-buahan dan minuman panas yang baru saja dibuatnya.
Abah Yai Rosyid datang, dan mengahampiri tamu keluarganya itu sembari bersalaman.
Kemudian menengok dari balik selambu mengintip Gus Ibram, mantu idamannya.
"Loh, Nduk, Gus Ibramnya kok sendirian..?"
"Sampun Abah, tadi sudah Wirda temui, terus tiba-tiba ada tamu, yasudah.."
"Gus.. pripun? Heheh, maaf ya, tanpa diduga ada tamu, jadi gak enak."
"Tidak apa-apa Yai, insyaallah lain hari dilanjut silaturahimnya, kebetulan jam 10 siang saya juga ada keperluan mendadak, jadi tak pamit dulu, dalam ke Bunyai nggih"
Padahal hatinya berbicara, hari ini adalah hari yang sangat memalukan. Cinta, mengapa engkau tidak membisikkan kata-kata yang indah saat itu. Sehingga kedua mataku tidak sibuk terpesona dengan wajahnya.
Oh kedua mataku, sungguh liar dirimu. Susah diajak bekerjasama dengan cinta.
"Inggih - inggih, hati-hati yaa Le.."
"Assalamualaikum,"
"Waalaikumussalam warohmatulllah.."
Gus Ibram pun memasang wajah datar ketika sudah keluar dari pintu ndalemnya Abah Yai Rosyid. Ia merasa gagal menyampaikan maksud keinginan hatinya yang sudah tidak bisa terbendung lagi.
Namun ia coba melepaskan rasa sesal itu dengan menghela napas panjang.
"Wah waaaah... Ada apa ini, asik sekali ngobrolnya, sampai tertawanya lepas semua.."
Celetuk Mbah Yai Rosyid.
"Hahahaha, ini loh Abah Yai, Ning Wirda bikin minuman kok yaa uuuuuasin banget. Ini gula apa garam???? Hahahaha"
Jawab saudara Ning Marisa.
"Sssttttttt, jangan ketawa nemen-nemen, kualat nanti kamu dek." Kata Ning Marisa membela Ning Wirda yang hendak mewek.
"Yaa Allaah, ampuuun, maafkan, tadi Wirda sudah cek itu gula, tapi entah kok rasanya asiin... Hiks!. Sebentar tak buatkan yang baru lagi."
"Sudah jangan repot-repot, sini tak bantu." Sahut Ning Marisa dengan senyum mengembang.
Ning Wirda sedikit merajuk. Kemudia ia bergegas kembali ke dapur membuatkan minuman yang baru.
Di susul oleh Ning Marisa.
Akhirnya mereka berdua pun asik ngobrol.
Terlihat bahwa Ning Marisa lebih dewasa dan bijak, ia berusaha menenangkan hati sepupunya itu yang sensitif.
"Sampean mau menikah to ternyata Ning,?' tanya Ning Marisa.
Jawab Ning Wirda cukup menggelengkan kepalanya.
Bersambung....
Di tunggu lanjutannya..mbk ustdzh...
BalasHapus