Cinta Cuma Nama
"Cinta Cuma Nama"
Oleh : Azizah Maghfiroh
Kau ingat, saat bunga yang berduri tajam itu kau petik? Lalu kau berani mengambilnya dan kau tancapkan di sebuah taman.
Aku akan menjadi bunga yang nampak paling jelita, ataukah hanya hiasan di taman itu sendirian?
Dan jika ranting bunga itu hampir melayu, apa hanya di biarkan dan di pandangi begitu saja?
Awalnya aku mengenal cinta begitu tulus. Ia memberiku nafas kasih sayang. Ia melempariku rindu yang begitu deras, bagaikan derasnya Sungai Nil yang bertemu lautan. Ia juga pandai membasahi hatiku dari gersangnya amarah.
Cinta itu begitu kuat dan selamanya akan tetap utuh.
Seiring berputarnya waktu, aku menjalani hari-hari yang sangat membahagiakan dengan kehadirannya yang selalu menemani dalam setiap langkahku.
Di setiap lelahku, selalu ada penghiburnya.
Tangisku di ubah olehnya menjadi pelangi.
Senyumku selalu di ukir dalam hatinya sehingga tak ada cela sedekitpun untuk aku beralasan bersedih.
Air mata terlalu berharga untuk merasakan luka, sebab ia akan menanggung luka itu.
Dan saat itu aku yakin, dia bukan senja yang indah lalu menghilang.
Aku rasa inilah cinta yang romantis dan sangat indah.
Seperti gambaran puisi dibawah ini.
Hai pohon rimbun ku
Sekian lama tak ku temu
Ternyata ukiran itu masih padu di batangmu
Iya,
Ukiran namaku dan pujaanku yang engkau tahu
Apa kau merindukan nama ku?
Kelihaian kembang dan kupu2 di sekitarmu?
Hari ini aku menyapamu dengan sendu
Sampai kan pada pujaanku
Melalui daun kuningmu
Kabarkan tentang hatiku
Menyimpan haru karna kata "tak bisa menyenangkanku"
Apa dia sungguh tau?
Semalaman penuh aku menatap hidungnya, kelopak yang ayu menutup
Merawat lelah, menjadikannya lupa akan luka
Aku tak butuh sesuatu walaupun dia tahu
Bila kau setuju wahai pohon rimbun ku
Biarkan aku yang memilu
Untuk pujaanku,
-------------------------------------------------
Tetapi, setelah semua itu menghilang atau angan belaka, aku kembali bermuhasabah.....
Komentar
Posting Komentar